Page 58 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 58
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
“Soerat kabar Boelanan, aken bergoena Prijaji Djawa di Poelo Djawa
dan Madoera. Redacteur: Raden Mas Oetoyo, Djoeroebasa Djawa di
Soerakarta, Dikaloewarkan dan ditjitak di Semarang-Drukkerij en
Boekhandel Directeur P.A. van Asperen van der Velde.“
Surat kabar ini berhenti terbit pada pertengahan tahun 1903, karena
pemimpin redaksinya terlampau sibuk dengan jabatan barunya sebagai
Bupati Ngawi.
Medan Prijaji merupakan media bagi orang bumiputera untuk
mengekspresikan pandangannya tentang kesejahteraan dan pendidikan
rakyat bumiputera, saluran untuk menyampaikan kritik terhadap
golongan priyayi yang korup dan pegawai negeri yang mengeksploitasi
15
wong cilik atau rakyat jelata. Medan Prijaji merekrut jurnalis-jurnalis
yang telah berpengalaman untuk staf redaksinya, yaitu Martodarsono,
G. Gandawinoto, dan Marco Kartodikromo. Karena kritik-kritiknya
yang keras terhadap pemerintah kolonial, pada Maret 1910
Tirtoadisoerjo diasingkan selama 2 bulan ke Teluk Betung, Lampung.
16
Setelah kembali dari pengasingannya, Tirtoadisoerjo kembali bekerja
sebagai kepala editor Medan Priyayi. Karena Tirtoadisoejo masih terus
melancarkan kritik-kritik tajam terhadap pemerintah kolonial, Medan
Prijaji harus dihentikan penerbitannya pada tahun 1912.
Sejak Budi Utomo berdiri pada tahun 1908, pers menjadi alat
untuk mengungkapkan perasaan bangsa yang dijajah. Pembentukan
Budi Utomo segera disusul oleh pendirian organisasi-organisasi lainnya,
seperti Sarekat Islam, Indische Partij dan Partai Komunis Hindia (PKI)
yang masing-masing menerbitkan surat kabar sebagai “corong”
organisasi.
Sarekat Islam Surabaya menerbitkan Oetoesan Hindia (1913-1923)
setelah Kongres Sarekat Islam pada tanggal 26 Januari 1913.
Redakturnya adalah H.O.S. Tjokroaminoto, Sosrobroto, dan
Tirtodanoedjo. Sebagai “corong” Sarekat Islam, Oetoesan Hindia
menyuarakan Islamisme dan bersifat radikal nasionalistis. Pada tahun
1923, Otoesan Hindia terpaksa menghentikan penerbitannya, karena
terjadi perselisihan internal dalam Sarekat Islam, dan banyak pelanggan
yang tidak membayar uang langganan.
Otoesan Hindia bukan satu-satunya media Sarekat Islam. Sarekat
Islam Surakarta menerbitkan Sarotomo, dan Sarekat Islam Betawi
50 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya