Page 55 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 55
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
23 Oktober 1856. Dua tahun berikutnya dibuka saluran telegraf Batavia
– Surabaya dengan saluran cabang Semarang – Ambarawa. Pada 1859
jumlah kantor tilgram di seluruh Jawa telah mencapai 28 tempat dengan
panjang jaringan 2.700 kilometer.
Untuk mendukung kepentingan militer dan bisnis maka
perluasan jaringan telegraf di Jawa maupun di luar Jawa semakin
penting. Pada 1866 pemasangan jaringan di Sumatra telah disetujui.
Pemasangan pertama dilakukan di Telukbetung. Pada 1871 jaringan
telah masuk kota Padang dengan panjang jaringan 1200 kilometer, dan
ke Singkel sepanjang 600 kilometer.
Teknologi transportasi dan komunikasi mempunyai sumbangan
penting bagi perubahan yang terjadi di Hindia Belanda. Perkembangan
pengaruh penguasa Barat di Jawa yang sudah mapan pada abad ke-19
dapat diperluas ke luar Jawa karena dukungan transportasi dan
komunikasi.
1.6. Perkembangan Pers di Hindia Belanda
Pada paroh ke-2 abad ke-19, penerbitan pers berkembang di kota-
kota selain Batavia, Semarang, dan Surabaya. Pada tahun 1880, di
Cirebon lahir surat kabar Tjiremai, yang berlangsung sampai pada awal
abad ke-20. Di Bandung muncul De Preanger Bode pada tahun 1895 di
bawah redaksi R.J. De Vries yang bekerja sama dengan firma Kolff & Co.
Di Sumatera pada tahun 1884 muncul Deli Courant, yang
dimodali oleh pengusaha tembakau, Deen. Lima tahun kemudian, di
Deli terbit pula Sumatra Post. Di Padang, pada tahun 1893 terbit Sumatra
Bode dan pada 1899 muncul De Padanger. Di Palembang, tahun 1898
lahir Nieuws en Advertentieblad voor ResidentiePalembang, Djambi en Banka,
yang terbit dua kali seminggu untuk kepentingan perusahaan minyak di
sekitar tempat itu. Pada tahun 1901 di Kota Raja terbit Nieuws en
Advertentieblad voor Atjeh en Onderhoorigheden. Di Sulawesi, pada tahun
1902 terbit Makassarsche Courant di Makasar, dan di Kalimantan tahun
1894 terbit Bandjermasingsch Nieuwsblad di Banjarmasin.
Secara umum sejak akhir abad ke-19, tulisan-tulisan dalam surat
kabar mulai bersifat kritis terhadap politik kolonial Belanda di Hindia
Belanda. Sebagai contoh, Bondsblad (terbit 1897), surat kabar milik
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 47