Page 52 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 52
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
Setelah pertengahan abad ke-19, perluasan jaringan kereta api
telah memberikan bentuk pelayanan angkutan darat yang murah
sepanjang rute yang telah lama terbentuk meskipun jaringan baru juga
diperlukan untuk mengangkut penumpang dan barang dari pabrik
menuju setasiun terdekat.
Mobil pertama yang diketahui diimpor ke Asia Tenggara adalah
di Singapura pada 1896. Di Sumatra Utara mobil digunakan pertama
kali pada 1902. di Rangoon pada 1905. Pada awal abad ke-20 mobil
masih merupakan barang yang langka kecuali di beberapa daerah seperti
Philippina dimana pengaruh Amerika berkembang.
Pembangunan jaringan jalan raya di luar Jawa tidak berjalan
secara cepat. Sungai menjadi kendala bagi pembangunan jaringan jalan
raya lintas Sumatra yang membentang sepanjang pantai barat dan pantai
timur Sumatra. Jalan darat yang mempunyai peranan penting pada
dasawarsa 1920-an adalah pengerasan dari jalan setapak yang pernah
ada yang menghubungkan dataran tinggi di Sumatra Barat dengan
ujung pelayaran sungai yang mengalir sampai pantai timur Sumatra
dan Selat Malaka. Meskipun rel kereta api telah dibangun di wilayah
yang berbukit-bukit, jalan darat terbukti merupakan sarana transportasi
yang lebih murah dalam pengadaannya. Persaingan antara perusahaan
angkutan darat dengan perusahaan angkutan kereta api dalam
menyediakan angkutan umum di kota semakin tampak di permukaan.
Di Asia Tenggara kota pelabuhan seperti Jakarta (1882),
Rangoon (1884) Singapura (1885) dan Surabaya (1890) mengikuti pola
pelayanan yang dikembangkan di kota-kota di Eropa dan Amerika
dengan membangunan jaringan trem uap sebagai angkutan umum.
Fasilitas ini mendorong gaya hidup di sub-urban bagi orang kaya di
Eropa dan yang lebih penting, angkutan ini dapat melayani mobilitas
harian para pekerja menuju atau dari kota pelabuhan. Sedikit
ketinggalan dibandingkan dengan Eropa, pada 1890-an angkutan kota
mulai menggunakan tenaga listrik. Sementara itu, di beberapa negara
mulai membangun jaringan seperti Bangkok pada 1893, Batavia (1899),
Calcutta (1902), Hongkong dan Mandalay (1904), Penang dan
Singapura (1905), Rangoon dan Manila (1906). Pelayanan angkutan
kota ini ditunjang atau bahkan harus bersaing dengan sejumlah besar
angkutan lokal tradisional seperti di Jawa dan Philipina, bersaing dengan
kereta kuda. Pada mulanya mobil menggantikan angkutan kereta kuda
44 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya