Page 49 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 49
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
internasional maka angkutan barang dari berbagai pelabuhan di Hindia
Belanda ke Eropa terhenti. Pada tahun 1937 keadaan tampak membaik
dan kehidupan industri mulai hidup. Namun belum lagi kegiatan
ekonomi di Hindia Belanda pulih benar Bala Tentara Jepang mendarat
di beberapa daerah di Jawa dan Kalimantan tanpa memperoleh
perlawanan yang berarti dari militer Belanda. Maka beralihlah
penguasaan atas Hindia Belanda dari Belanda ke Bala Tentara Jepang
pada Maret 1942.
1.4. Transportasi Darat
Gagasan perlunya membangun jaringan angkutan di Jawa oleh
pemerintah kolonial di Hindia Belanda telah terjadi pada bagian pertama
abad ke-19 saat pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Pada tahun 1840
muncul penyelidikan tentang kemungkinan membangun jaringan kereta
api yang menghubungkan antara Surabaya lewat Solo ke Yogyakarta
terus ke Priangan dengan berbagai jaringan sempalan di berbagai kota.
Perusahaan kereta api negara di Hindia Belanda (S.S.) untuk pertama
kalinya membangun rute Surabaya – Pasuruan – Malang; kemudian
diikuti oleh pembangunan jaringan di tempat lain baik di Pulau Jawa
maupun Sumatra. Pemberian konsesi kepada pengusaha swasta antara
lain tertuang dalam surat keputusan tertanggal 18 Januari 1882 yang
diberikan kepada N.I.S. untuk membangun jaringan antara Tegal –
Balapulang. Pada September 1895 jaringan Semarang – Cirebon
digunakan untuk angkutan trem uap. Dengan Surat keputusan tanggal
23 Januari 1883 jaringan Belawan – Medan - Deli-Tuwa dan Medan –
timbang Langkat diberikan kepada Deli Spoorweg Maatschappij. Jaringan
yang menghubungkan kota Batavia – Bekasi yang dibangun oleh
Bataviasche Oosterspoorwegmaatschappij ijin pembangunannya tertuang
dalam surat keputusan tertanggal 19 Februari 1884. Jaringan tersebut
untuk masa kemudian diperpanjang terus ke kota Karawang.
Setelah pertengahan 1880-an, pembangunan jalan kereta api
pemerintah berjalan dengan cepat sehingga pada pergantian abad,
jaringan rel yang ada di Jawa bukan hanya menghubungkan kota
pedalaman dengan kota pantai tetapi juga menghubungkan kota-kota
yang ada di pedalaman. Di luar Jawa pembangunan jaringan pada akhir
abad-ke19 dipusatkan di daerah Aceh, yang menghubungkan kota
Medan dengan kebun tanaman ekspor di sekitarnya di Sumatra Utara
dan kota di pantai barat Sumatra. Pada 1911 persetujuan diberikan
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 41