Page 155 - PERTEMPURAN TELUK CIREBON
P. 155
Pertempuran Teluk Cirebon
Selain itu muncul pula kepanikan dan ketakutan
akan datangnya pasukan Belanda. Suasana hirup-
pikuk ini semakin meningkat manakala diantara para
pengungsi ada yang sakit, luka-luka bahkan
meninggal dunia dalam perjalanan yang jauh dari
tempat pelayanan kesehatan. Satu-satunya rumah sakit
pada waktu itu hanya ada di dalam kota Kuningan. Di
kecamatan-kecamatan apalagi di desa pada waktu itu
sama sekali tidak ada tempat pelayanan kesehatan,
sedangkan P3K yang ada kesatuan-kesatuan TNI tidak
mampu menolong atau menyelamatka orang yang
mengalami sakit parah atau luka berat.
Lain halnya bagi para wanita yang sedang hamil
atau mau melahirkan, mereka tidak terlalu
bermasalah, sebab hamper di setiap desa ada dukun
beranak (paraji kampung) yang siap membantu proses
kelahiran. Walaupun demikian, hal itu beresiko tinggi,
karena paraji kampung hanya memiliki pengalaman
dan pengetahuan seadanya. Kemungkinan terjadinya
kegagalan bahkan kematian baik bayinya ataupun
ibunya cukup tinggi.
Pada 22 juli 1947 (hari kamis) antara jam 11.00-
12.00, tanpa diduga datanglah pesawat terbang
Belanda pengintau tipe capung menuju kota kuningan.
Pesawat terbang ini itu kemudian berputar-putar
mengelilingi kota kuningan tetapi kemudia menjauh.
Namun kira-kira pukul pada jam 14.00, datang pewat
142