Page 69 - Sun Flower Full Naskah
P. 69

tak disebutkan identitas Shim Yeo-Hwa. Seperti memang senga-
          ja dirahasiakan di media sosial.
                 Resepsionis tadi mengantarkan Hazel di depan ruangan
          Shim Yeo-Hwa. Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan ma-
          suk, langkah Hazel terkunci di tempat. Ia menunduk, lalu meli-
          hat Shim Yeo-Hwa lagi. Sekarang Hazel yakin ia tak salah lihat.
                 “Ajumma…” lirihnya pelan.
                 Tak berselang lama, Shim Yeo-Hwa menyambut Hazel
          dengan pelukan. Perempuan paruh baya yang ditolong Hazel
          kemarin adalah Shim Yeo-Hwa, sulit dipercaya. Hazel mencubit
          lengannya, terasa sakit. “Ini memang bukan mimpi,”
                 “Setelah kau menyebutkan nama kemarin, aku bahagia
          mengetahui bahwa Hazelia adalah kau,” ucap Shim Yeo-Hwa,
          perempuan itu tahu pastilah Hazel kaget. Namun ia menyuruh
          Hazelia untuk duduk dan mendengar penjelasan terhadap keja-
          dian kemarin.
                 “Masalah kemarin hanyalah persaingan bisnis. Tapi jika
          kau tak ada di sana, tentu hari ini aku tak bisa bertemu dengan-
          mu. Saat kau datang menyelamatkanku kemarin, empat orang
          itu baru saja menyeretku ke sana,” kata Shim Yeo-Hwa. Semen-
          tara Hazel menjadi pendengar yang baik, ia juga tak tahu harus
          berkata apa selain membenarkan bahwa Tuhan telah menyusun
          pertemuannya dengan Shim Yeo-Hwa sedemikian rupa.
                 “Aku sedang membutuhkan seorang lagi untuk menjadi
          asistenku, sepertinya kau sangat pas untuk itu. Dengan kemam-
          puan mendesainmu, kau juga tak perlu lagi kuliah. Hanya butuh
          latihan singkat,” mendengar itu, Hazel sangat terkejut. “Bahkan
          kalau mau hari ini kau bisa langsung bekerja atau memulai pela-
          tihanmu,” lanjut Shim Yeo-Hwa.
                 “Ah, rasanya kau lebih cocok jadi anakku.  Jadi tidak
          perlu memanggilku dengan sebutan ajumma lagi,” hampir tiga
          puluh menit Hazel di dalam ruangan  Shim Yeo-Hwa, namun
          ia belum juga banyak  bicara. “Lalu aku harus memanggilnya
          apa?” kali ini Hazel harus berbicara.
                 “Kamsahamnida, Bunda.”
                 “Hm?  Bunda?”  nada bicara Shim  Yeo-Hwa terdengar
          seperti bertanya. Pastilah ia asing dengan sebutan Bunda, sebab

                                      63
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74