Page 64 - Sun Flower Full Naskah
P. 64
Sebab kejadian itu juga ada dalam mimpi saat ia koma. Lalu Ha-
zel pun melongo terheran saat taksi berhenti di tempat yang tak
asing baginya. Bahkan tadi refleks ia menyebutkan alamat apar-
temen yang ada dalam mimpinya. Bukan salah sopir taksi jika
Hazel benar-benar sampai di sana.
“Bahkan apartemen ini juga ada di dunia nyata,” lirih
Hazel yang kemudian menemui pemilik apartemen. Satu lagi
tempat yang kosong seolah memang dikhususkan untuk Hazel.
Ia tak perlu repot-repot menginap di hotel lebih dulu karena ha-
rus mencari apartemen untuk ia sewa.
Setelah selesai merapikan apartemen kecilnya, Hazel
mengirim email pada Shim Yeo-Hwa. Ditunggu beberapa jam
namun belum ada balasan. Hazel lalu mencari ponsel dan mem-
beri kabar pada kedua orangtuanya. Mengingat ia bisa dengan
mudah menemukan apartemen, Hazel keluar jalan-jalan hingga
langkahnya berhenti di tempat yang seharusnya ada rumah Lee
So-Ra di sana. Namun tak ada. Hazel hanya tersenyum kecut.
“Hey, kau muslim?”
“Hm? Iya. Muslimah,” Hazel menoleh saat ia merasa
ada yang bertanya, lalu ia pun mengangguk mengiyakan. Hazel
kemudian membungkukkan badannya. Ajumma itu ternyata ha-
nya ingin memberitahu ada rumah makan halal di ujung jalan.
Hazel berterimakasih, namun saat ini perutnya masih belum
lapar.
Hazel meniti langkah kembali ke apartemen. Ia sadar
sekarang tidak seperti di Indonesia saat ia bisa dengan mudah
menemukan makanan halal. Namun itu juga bukan alasan yang
bisa membuatnya kelaparan. Dan Hazel juga tak yakin kalau ia
bisa menemukan uang di jalan seperti saat ia remaja. Benar, keja-
dian itu dulu persis seperti yang ia tampilkan pada saat pertun-
jukan teater.
Memeriksa emailnya lagi, belum ada juga balasan Shim
Yeo-Hwa. Hazel uring-uringan apa yang harus ia lakukan.
Di amplop tertulis jika ia sudah sampai di Korea maka segera
hubungi Shim Yeo-Hwa lewat email. Kalau dalam satu ming-
gu Shim Yeo-Hwa tak membalas emailnya, ia harus melupakan
rekomendasi beasiswa yang dijanjikan. Ia juga tidak bisa berla-
58

