Page 478 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 478
menyerah, akan tetapi tentu saja delapan belas orang pendekar Bu-tong-pai itu
tidak sudi menyerah, bahkan siap untuk melawan mati-matian. Ucapan Song
Kiat, Twa-suheng (Kakak Seperguruan Pertama) dari delapan belas orang
pendekar itu, mendatangkan kemarahan di hati komandan pasukan yang segera
mengeluarkan aba-aba dan menyerbulah hampir enam puluh orang pasukan itu
mengeroyok Cap-pwe
Eng-hiong.
Terjadilah perang kecil yang amat hebat dan segera delapan belas orang pedekar
itu terkejut sekali memperoleh kenyataan bahwa pasukan yang mengeroyok
mereka itu bukanlah pasukan biasa, melainkan pasukan pilihan yang dipimpin
oleh komandan yang memiliki kepandaian tinggi dan para prajuritnya rata-rata
memiliki ilmu silat yang lumayan. Mereka melawan dengan mati-matian, bantu-
membantu dan memutar pedang mereka dengan pengerahan seluruh tenaga dan
kepandaian mereka. Tidak percuma delapan belas orang ini dijuluki Cap-pwe
Eng-hiong karena gerakan mereka memang cepat dan tangkas serta kuat sekali,
sehingga biarpun dikeroyok oleh lawan yang jauh lebih banyak jumlahnya, yaitu
setiap orang dikeroyok oleh tiga empat orang lawan, mereka mempertahankan
diri dengan baik, bahkan lewat tiga puluh jurus, mulailah ada lawan yang
berjatuhan dan terluka parah oleh pedang Cap-pwe Eng-hiong yang mengamuk
itu.
Dengan gagah perkasa ke delapan belas orang itu mengamuk dan mendesak
pasukan An Lu Shan. Berturutturut robohlah pihak lawan sehingga tempat itu
mulai ternoda darah merah dan tubuh para perajurit yang terluka malang
melintang menghalangi kaki mereka yang masih bertempur. Diantara lima puluh
lebih orang perajurit itu, sudah ada dua puluh lebih yang roboh, bahkan
komandannya juga sudah terluka oleh sambaran pedang di tangan Song Kiat.
Kemenangan yang sudah tampak di depan mata ini menambah semangat Cap-
477