Page 21 - episode-1
P. 21

Namamu Sulastri                                                        Episode I


                     airnya dua bentang, pintu stoplock dan jalur pelayaran. Sekarang tidak ada pelayaran
                     yang lewat jembatan itu,” lanjut Parmin.
                        “Buku sejarah mencatat, lokasi itu tempat bersauhnya tentara Mongol yang akan

                     menyerbu Kediri pada 1293. Di sini pula tentara Tartar yang dikirim Kubilai Khan
                     dihancurkan oleh pasukan Raden Wijaya sepulang menyerang  Jayakatwang, raja
                     Kerajaan Kadiri.
                        “Lengkap benar pengetahuan Parmin,” pikir Kang Somad.

                        “Rolak itu dibangun Belanda 1917, sampai sekarang tetap kokoh. Hanya jalan di
                     jembatan sudah lama ditutup untuk kendaraan umum, khawatir merusak struktur
                     bangunan rolak.”

                        “Waduh, saya boleh masuk kan?” tanya Kang Somad.
                        “Bersama saya pasti boleh. Saya akan mengantar Kang Somad,” kata Parmin tanpa
                     bermaksud menyombongkan diri.
                        “Kang Somad dari mana asalnya?” Parmin mengalihkan pembicaraan.

                        “Bandung, Jawa juga, tapi bagian barat,” jawab Kang Somad bercanda.
                        “Oooo Sunda,” sahut Parmin. “Saya Jawa bagian timur.”
                        “Tahu… logat bicaramu kentara,” tukas Mak Rose.

                        Pertemuan itu menjadi akrab, obrolan berjalan lancar, seperti Kang Somad orang
                     yang mereka kenal lama. Apa saja mereka bicarakan  seperti umumnya pertemuan
                     sahabat lama yang bertemu kembali dalam suatu reuni.
                        Lastri belum juga nongol ketika Kang Somad beranjak dari tempat duduknya.

                     Setelah ia melihat jam di pergelangan tangannya, ia pamit meninggalkan warung.
                     “Saya harus ke stasiun kota. Kita jumpa di lintasan itu nanti,” kata Kang Somad.
                        Lastri bergegas keluar. Rambutnya masih setengah rapi. Lama juga  perempuan

                     kecil itu merapikan diri. Kang Somad sudah berjalan agak jauh ketika Lastri keluar
                     dari belakang warung.
                        “Kang…..,” teriak Lastri kencang. Ia melambaikan tangan ke Kang Somad yang

                     juga membalas lambaian tangan pula.



                                                          











                                                           21
   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26