Page 117 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 NOVEMBER 2020
P. 117

negative  -  Feri  Amsari  (Pakar  Hukum Tata  Negara  dari  Universitas  Andalas)  Belum  lagi  soal
              perlindungan  lingkungan  hidup,  binatang  langka,  tumbuhan  langka,  yang  kemudian  karena
              kepentingan bisnis dan pembangunan dapat diabaikan begitu saja

              negative - Feri Amsari (Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas) Menurut saya ada
              (yang gugur) tapi bukan pasal utama. Tapi pasal-pasal bermasalah lainakan mereka pertahankan

              negative - Feri Amsari (Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas) Ada peninjauan ulang
              oleh lembaga eksekutif terhadap undang-undang, dia bisa cabut lewat Perppu itu



              Ringkasan

              Mahkamah Konstitusi (MK) mulai menyidangkan uji materi Undang-Undang Nomor 11 Tahun
              2020 tentang Cipta Kerja atau dikenal UU Cipta Kerja. Sidang digelar setelah dua hari Presiden
              Joko  Widodo  atau  Jokowi  menandatangani  undang-undang  kontroversial  tersebut  pada  2
              November 2020.

              Gugatan  yang  diajukan  oleh  Federasi  Serikat  Pekerja  Singaperbangsa  (FSPS)  adalah  yang
              pertama disidangkan. FSPS mengajukan uji materi 12 Oktober 2020, meskipun saat itu belum
              bernomor. Menyusul kemudian, MK menjadwalkan sidang gugatan lainnya dengan objek yang
              sama,  UU  Cipta  Kerja,  pada  Kamis  12  November  2020,  yang  diajukan  oleh  Hakiimi  Irawan
              Bangkid Pamungkas, Novita Widyana, Elin Dian Sulistiyowati, Alin Septiana, dan Ali Sujito. Lalu
              selanjutnya oleh Zakarias Horota, Agustinus R Kambuaya, dan Elias Patege.



              HEADLINE: UJI MATERI UU CIPTA KERJA DISIDANGKAN, BERPOTENSI
              DIBATALKAN?

              Mahkamah Konstitusi (MK) mulai menyidangkan uji materi Undang-Undang Nomor 11 Tahun
              2020 tentang Cipta Kerja atau dikenal UU Cipta Kerja. Sidang digelar setelah dua hari Presiden
              Joko  Widodo  atau  Jokowi  menandatangani  undang-undang  kontroversial  tersebut  pada  2
              November 2020.

              Gugatan  yang  diajukan  oleh  Federasi  Serikat  Pekerja  Singaperbangsa  (FSPS)  adalah  yang
              pertama disidangkan. FSPS mengajukan uji materi 12 Oktober 2020, meskipun saat itu belum
              bernomor. Menyusul kemudian, MK menjadwalkan sidang gugatan lainnya dengan objek yang
              sama,  UU  Cipta  Kerja,  pada  Kamis  12  November  2020,  yang  diajukan  oleh  Hakiimi  Irawan
              Bangkid Pamungkas, Novita Widyana, Elin Dian Sulistiyowati, Alin Septiana, dan Ali Sujito. Lalu
              selanjutnya oleh Zakarias Horota, Agustinus R Kambuaya, dan Elias Patege.

              FSPS dalam gugatannya meminta MK menguji Pasal 81 angka 15, angka 19, angka 25, angka
              29 dan angka 44 UU Cipta Kerja. Federasi asal Karawang itu menyoal Pasal 81 angka 15 UU
              Cipta  Kerja  mengubah Pasal  59  UU  Ketenagakerjaan  dan  menghilangkan  pengaturan jangka
              waktu, batas perpanjangan dan pembaruan perjanjian kerja.

              Sementara Pasal 81 angka 19 UU Cipta Kerja, Pemohon menyebutkan, menghapus Pasal 65 UU
              Ketenagakerjaan yang berdampak terdapat syarat batasan pekerjaan yang dapat diserahkan dari
              pemberi kerja kepada perusahaan penyedia jasa pekerja.

              Untuk  Pasal  81  angka  25,  pemohon  menyebut  menyebabkan  upah  minimum  dari  semula
              berdasarkan  produktivitas,  inflasi  dan  pertumbuhan  ekonomi  menjadi  hanya  pertumbuhan
              ekonomi atau inflasi. Kemudian angka 29 didalilkan pengusaha tidak diancam sanksi apabila
              memberi upah lebih rendah dari ketentuan yang berlaku.

                                                           116
   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121   122