Page 193 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 193

"Termasuk cuti karena istirahat, tidak melakukan pekerjaan karena sakit, pekerja perempuan
              haid selama itu sakit sehingga dia tidak masuk kerja itu tetap dibayar," ujarnya dalam acara
              sebuah diskusi, Selasa (2/3).

              Dinar menjelaskan di UU Cipta Kerja sebelumnya memang tidak dijelaskan secara rinci. Namun
              dalam pelaksanaan aturan tersebut, telah dikeluarkan PP yang isinya lengkap mengatur tentang
              hak cuti yang tetap dibayar.

              "Di dalamnya ada anak-anaknya untuk melaksanakan yang isinya seperti itu di PP 36, semuanya
              ada," jelasnya.

              Aturan hak cuti sendiri tertera pada PP 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan, aturan hak cuti
              diatur dalam bab 7 pasal 40. Ayat 1 memang disebutkan bahwa upah tidak dibayar apabila tidak
              masuk bekerja atau tidak melakukan pekerjaan. Tetapi pada ayat 2 berbunyi bahwa ketentuan
              sebagaimana dimaksud tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar upah jika pekerja atau
              buruh yang berhalangan, melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya, menjalankan hak waktu
              istirahat atau cutinya atau Bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan tetapi pengusaha
              tidak mempekerjakannya karena kesalahan pengusaha sendiri atau kendala yang seharusnya
              dapat dihindari pengusaha.

              Kemudian dalam ayat 3 disebutkan alasan pekerja atau buruh tidak masuk bekerja dan tidak
              melakukan pekerjaan karena berhalangan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a meliput,
              alasan Buruh Kecam Kontrak Kerja 5 Tahun, Pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan
              pekerjaan, Pekerja/buruh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya
              sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan.

              Atau, Pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena menikah menikahkan anaknya, mengkhitankan
              anaknya, membaptiskan anaknya, istri melahirkan atau keguguran kandungan. Lalu, suami, istri,
              orang  tua,  mertua,  anak  dan/atau  menantu  meninggal  dunia,  dan  anggota  keluarga  selain
              sebagaimana dimaksud pada angka 6 yang tinggal dalam 1 rumah meninggal dunia.






































                                                           192
   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198