Page 64 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 64

penyusunannya  akan  melibatkan  berbagai  pemangku  kepentingan  sektor  ketenagakerjaan,
              termasuk  serikat  pekerja/buruh  serta  pengusaha.  Ida  Fauziyah  juga  mengatakan  sebelum
              diserahkan  ke  Dewan  Perwakilan  Rakyat  (DPR)  untuk  disahkan,  pembahasan  rancangan  UU
              Cipta  Kerja  sudah  dilakukan  dengan  partisipasi  publik  yang  melibatkan  serikat  pekerja,
              pengusaha dan akademisi.



              SOAL OMNIBUS LAW, LUHUT: TIDAK ADA YANG TERSEMBUNYI

              MENTERI  Koordinator  bidang  Kemaritiman  dan  Investasi  Luhut  Binsar  Pandjaitan  meminta
              khalayak tak menyebut pengerjaan UU Cipta Kerja atau Omnibus Law dilakukan secara terburu-
              buru.

              Ia mengajak kembali menengok ke belakang, inisiasi undang-undang tersebut sudah ada sejak
              dirinya masih menjabat sebagai Menko Polhukam di tahun 2015.

              "Jangan dibilang buru-buru. Saya ingin mundur sedikit ya. Sejak saya Menko Polhukam, Presiden
              sudah  perintahkan  itu.  Dia  melihat,  kenapa  itu  semrawut.  Akhirnya  kita  cari  bentuknya  dan
              ketemulah apa yang disebut Omnibus ini," katanya dalam wawancara satu tahun pemerintahan
              Jokowi-Ma'ruf Amin yang ditayangkan salah satu saluran televisi swasta, Kamis (15/10) malam.

              Luhut menuturkan, kala itu ia mengumpulkan pakar-pakar hukum dalam inisiasi Omnibus Law.
              Namun, pembahasan baru benar-benar dikerjakan lebih lanjut setelah Pilpres 2019.
              "Jadi tidak ada yang tersembunyi. Semua terbuka, semua diajak omong. Tapi kan tidak semua
              juga bisa diajak omong. Ada keterbatasan," imbuhnya.

              Luhut mengatakan dalam pembahasannya, tidak semua pihak pula sepakat. Ia pun mengakui
              itu lah ciri demokrasi yang tidak pernah bulat. Ia juga mengakui Omnibus Law Cipta kerja tidak
              sempurna.

              Namun, ia memastikan kekurangan-kekurangan yang ada akan diatur kemudian dalam aturan
              turunan  berupa  Peraturan  Presiden  (Perpres),  Peraturan  Pemerintah  (PP)  hingga  Peraturan
              Menteri (Permen).

              "Kalau itu diperlukan untuk mengakomodasi kekurangan sana sini," tukasnya.
              Sebelumnya,  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  mengatakan  tengah  mempersiapkan
              Peraturan Pemerintah (PP) sebagai turunan dari UU Cipta Kerja klaster ketenagakerjaan.

              Menurut  Menaker  Ida,  aturan  tersebut  rencananya  diselesaikan  pada  akhir  Oktober  dan
              penyusunannya  akan  melibatkan  berbagai  pemangku  kepentingan  sektor  ketenagakerjaan,
              termasuk serikat pekerja/buruh serta pengusaha.

              Ida Fauziyah juga mengatakan sebelum diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
              disahkan, pembahasan rancangan UU Cipta Kerja sudah dilakukan dengan partisipasi publik yang
              melibatkan serikat pekerja, pengusaha dan akademisi.


              "Pemerintah  menegaskan  sekali  lagi,  proses  penyusunan  RUU  Cipta  Kerja  telah  melibatkan
              partisipasi publik. Untuk klaster ketenagakerjaan, Kementerian Ketenagakerjaan mengundang
              pemangku kepentingan ketenagakerjaan apakah itu serikat pekerja/buruh, pengusaha bahkan
              mengundang  akademisi  dari  perguruan  tinggi  dan  mendengarkan  aspirasi  dari  International
              Labour Organization (ILO)," kata Menaker Ida.(Ant/OL-5).




                                                           63
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69