Page 190 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 190

outsource, dan lainnya, PP tentang Jaminan Kehilangan Pekerjaan, dan PP tentang pengupahan.
              Kami berharap semua unsur Serikat Pekerja bisa ikut berdiskusi membahas detilnya


              Ringkasan

              Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja tetap mengadopsi segala hal baik yang ada di Undang-
              Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengakomodasi perkembangan
              zaman serta ekonomi dunia.
              Hal ini diungkapkan Staf khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari dalam diskusi daring
              bertajuk "UU Cipta Kerja dan Dampaknya Bagi Kepentingan Publik", Selasa (13/10/2020).



              STAFSUS MANAKER: HAL BAIK DI UU KETENAGAKERJAAN DAN PERKEMBANGAN
              ZAMAN DIAKOMODIR UU CIPTAKER
              Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja tetap mengadopsi segala hal baik yang ada di Undang-
              Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengakomodasi perkembangan
              zaman serta ekonomi dunia.

              Hal ini diungkapkan Staf khusus Menteri Ketenagakerjaan Dita Indah Sari dalam diskusi daring
              bertajuk "UU Cipta Kerja dan Dampaknya Bagi Kepentingan Publik", Selasa (13/10/2020).

              "Hal-hal  baik  yang  ada  di  UU  Ketenagakerjaan  tentu  kita  adopsi,  dan  kita  juga  perlu
              mengakomodasi  perkembangan  zaman  supaya  aturan  ketenagakerjaan  tetap  relevan.  Perlu
              diingat UU Ketenagakerjaan kita ini dibahas sejak tahun 2000 dan disahkan di tahun 2003, sudah
              17-20 tahun lalu. Apa yang relevan di masa itu, belum tentu masih relevan di tahun 2020," kata
              Dita.

              Mantan aktivis buruh dan Sekjen Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) ini pun meluruskan
              berbagai isu miring mengenai ketenagakerjaan yang tersebar di masyarakat.


              Mulai dari soal pesangon, status kontrak, cuti, pemutusan hubungan kerja, outsourcing, hingga
              pengupahan.

              "Soal pesangon, Indonesia ini angka pesangonnya salah satu yang paling tinggi di dunia dan ini
              tidak berimbang dengan tingkat produktivitas kita. Angka 32 kali gaji ini realisasinya juga tidak
              ada yang mau menanggung dan tidak banyak yang mampu menjalankan. Apa kita mau hanya
              bagus di atas kertas saja," kata Dita.

              Hal ini pula yang coba dibuat lebih relevan dalam UU Cipta Kerja dengan mengambil jalan tengah
              yakni  mengurangi  angka  pesangon,  namun  memberikan  inovasi  berupa  Jaminan  Kehilangan
              Pekerjaan (JKP).

              "Manfaat JKP ini hanya ada di UU Cipta Kerja, angkanya tidak lagi memberatkan pekerja ataupun
              pengusaha dengan iuran tambahan. Pemerintah akan lakukan rekomposisi iuran yang ada dari
              BPJS Ketenagakerjaan," kata Dita.
              Terkait isu soal kontrak, Dita menjelaskan bahwa syarat-syarat mengenai pekerja kontrak masih
              mengadopsi aturan di UU Ketenagakerjaan terutama di pasal 56 dan 59.

              "Kenapa batas maksimal kontrak tidak tercantum lagi? Karena ini akan dicantumkan di Peraturan
              Pemerintah nanti supaya ada fleksibilitas. Karakteristik hubungan kerja di tiap sektor kan bisa


                                                           189
   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195