Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 22

"Ini sangat sangat memprihatinkan," kata Arif dalam sebuah konferensi pers virtual bersama
              sejumlah organisasi gerakan rakyat, Minggu (4/10/2020).
              "Kita melihat yang duduk di Senayan sana hari ini bukan wakil-wakil rakyat, tapi mereka adalah
              wakil-wakil pengusaha. Bukan wakil-wakil rakyat, tetapi mereka adalah wakil-wakil pemodal,"
              lanjut dia.

              Arif  mengatakan,  tidak  seharusnya  pembahasan  RUU  Cipta  Kerja  dilakukan  secara  tertutup.
              Sebab,  RUU  ini  bukan  hanya  berdampak  pada  pengusaha,  tetapi  juga  buruh,  mahasiswa,
              nelayan, petani, ibu rumah tangga, masyarakat adat dan seluruh warga negara Indonesia.

              Dampaknya bukan sebatas pada persoalan ketenagakerjaan, melainkan juga sumber daya alam,
              pendidikan,  soal  tambang  dan  persoalan  lainnya  yang  berkaitan  dengan  hajat  hidup  orang
              banyak.

              Menurut Arief, Omnibus Law RUU Cipta Kerja merupakan bentuk kejahatan konstitusi. Sejak awal
              kemunculannya,  RUU  ini  cacat  formil,  cacat  prosedur  dan  cacat  materil  karena  menabrak
              berbagai ketentuan pembentukan peraturan perundang-undangan, bahkan konstitusi sebagai
              hukum tertinggi negara.

              "Ini  akan  menjadi  sebuah  kejahatan  terhadap  konstitusi.  Bukan  hanya  kejahatan,  tetapi  ini
              adalah  bentuk  pengkhianatan  pemerintah  dan  juga  DPR  terhadap  prinsip-prinsip  demokrasi,
              prinsip-prinsip konstitusi dan juga negara hukum," ujar Arif.

              Oleh karena itu, LBH Jakarta bersama sejumlah organisasi gerakan rakyat lainnya menyatakan
              penolakan terhadap pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja sebagai undang-undang.

              Organisasi-organisasi tersebut tergabung dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) dan
              Aliansi-aliansi Daerah. Mereka menyerukan aksi mogok nasional pada 6, 7 dan 8 Oktober 2020
              mendatang.

              Puncaknya,  pada  8  Oktober  akan  digelar  aksi  besar-besaran  di  depan  gedung  DPR  RI  dan
              pemerintah daerah masing-masing kota.

              "Kita akan melakukan aksi 6, 7 dan 8 Oktober 2020, akan melakukan aksi di berbagai macam
              daerah, bahkan titik puncaknya nanti adalah pada 8 Oktober di DPR RI," kata Perwakilan Gebrak
              yang juga Ketua Umum Konfederasi Kongres Aliansi Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos.

              Aksi  nasional  ini  bakal  mengusung  satu  tuntutan,  yakni  meminta  DPR  dan  pemerintah
              membatalkan Omnibus Law seluruhnya. Sidang paripurna DPR diminta untuk tidak mengesahkan
              dan mengundangkan RUU Cipta Kerja.

              Sebelumnya diberitakan, DPR dan pemerintah menyepakati seluruh hasil pembahasan  omnibus
              law  RUU Cipta Kerja.

              Kesepakatan itu diambil dalam rapat kerja pengambilan keputusan Tingkat I RUU Cipta Kerja
              yang diselenggarakan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Sabtu (3/10/2020).

              Sebanyak tujuh fraksi di DPR menyatakan setuju terhadap pembahasan RUU Cipta Kerja. Hanya
              dua fraksi yang menolak, yaitu PKS dan Partai Demokrat.









                                                           21
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27