Page 212 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 212

Tidak hanya itu, sebanyak 18.774 pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
              sebanyak 29.589 pekerja lainnya yang dirumahkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja.
              Erwin menjelaskan, penutupan 73 perusahaan di Banten terjadi karena sejumlah alasan yakni
              kesulitan  bahan  baku;  produk  atau  jasa  yang  kurang  atau  bahkan  tidak  ada  konsumennya;
              perusahaan tidak mampu membayar upah pekerja; perusahaan pindah operasional ke daerah
              lain; sengketa antara perusahaan dan pekerja; dan permintaan order dari buyer berkurang.

              Lebih  jauh  Erwin  mengungkapkan,  jumlah  total  perusahaan  di  Banten  sebanyak  20.642
              perusahaan, mulai dari perusahaan besar, menengah, kecil hingga mikro.

              "Dari perusahaan sebanyak itu, sebanyak 20.035 perusahaan yang telah menerapkan protokol
              kesehatan  Covid-19.  Sedangkan  sisanya  sebanyak  607  perusahaan  masih  dalam  proses
              persiapan untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19," ujarnya.

              Perusahaan-perusahaan  di  Banten,  lanjut  Erwin,  selama  pandemi  Covid-19  tetap  beroperasi,
              dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 yakni pengaturan sistem shift waktu kerja;
              penyesuaian hari kerja; maksimal mempekerjakan 80 persen dari total pekerja; dan penerapan
              K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) di perusahaan secara optimal.

              Lebih jauh, Erwin menjelaskan, calon penerima bantuan subsidi upah (BSU) di Provinsi Banten
              sebanyak 1.026.911 pekerja. Yang telah menerima manfaat sebanyak 843.731 pekerja.

              "Untuk tahap pertama sebanyak 270.201 pekerja. Tahap kedua sebanyak 184.992 pekerja, tahap
              ketiga 216.668 pekerja, dan tahap keempat sebanyak 168.870 pekerja," ujarnya.

              Buruh  Banten  Minta  UMP  2021  Naik  Sebelumnya,  Serikat  Pekerja  dan  Serikat  Buruh  (SPSB)
              Provinsi Banten meminta pemerintah menaikkan UMP 2021 sebesar 8,51 persen.

              Salah satu anggota pengurus SPSB Banten, Fredy Darmana mengatakan, tuntutan kenaikan UMP
              tersebut  merupakan  amanat  dari Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  78  Tahun  2015 tentang
              Pengupahan.

              Dalam PP itu disebutkan, bahwa kebijakan pengupahan diarahkan untuk pencapaian penghasilan
              yang  memenuhi  penghidupan  yang  layak  bagi  pekerja/buruh.  Penghasilan  yang  layak
              sebagaimana  dimaksud  merupakan  jumlah  penerimaan  atau  pendapatan  pekerja/buruh  dari
              hasil  pekerjaannya  sehingga  mampu  memenuhi  kebutuhan  hidup  pekerja/buruh  dan
              keluarganya secara wajar.
              "Jadi kalau Menteri Tenaga Kerja, Ibu Ida, dalam surat edarannya melihat Covid-19, tapi kita
              tidak melihat itu. Bukan tidak mengerti keadaan, tapi mengacu aturan hukum yang berlaku itu
              harus pakai bahwa 5 tahun ini kita harus tinjau kehidupan layak. Harus ada survei, dan sudah
              dilakukan BPS, hasilnya masih rendah," katanya Fredy Darmana.
              Dia menilai UMP Provinsi Banten tahun 2020 senilai Rp2.460.996,54 masih rendah dan belum
              mampu untuk memenuhi kebutuhan buruh.

              Disampaikan  Fredy,  pandemi  Covid-19  tidak  bisa  menjadi  alasan  pemerintah  untuk  tidak
              menaikan UMP.

              Buruh mengusulkan Pemerintah Provinsi Banten untuk tetap menaikkan UMP 2021."Di tengah
              pandemi ini justru kebutuhan makin naik," katanya.

              Sumber:BeritaSatu.com.




                                                           211
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217