Page 303 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 303

Provinsi (UMP) DKI Jakarta 2022. Anies dinilai melanggar regulasi pengupahan dan melakukan
              revisi secara sepihak.
              Terkait  hal  tersebut,  Ketua  Umum  Apindo  Hariyadi  Sukamdani  menegaskan  pihaknya  akan
              menggugat aturan revisi besaran UMP Jakarta 2022 ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
              Hal ini akan dilakukan dan dikoordinasikan oleh Apindo DKI Jakarta.

              Sembari menunggu keputusan PTUN, Hariyadi meminta kepada seluruh perusahaan di Jakarta
              untuk  tidak  mematuhi  ketetapan  tersebut.  Ia  menyarankan  agar  perusahaan  membayar  gaji
              karyawan sesuai dengan penetapan UMP DKI Jakarta 2022 sebelum direvisi.

              "Kami mengimbau seluruh perusahaan di Jakarta untuk tidak menerapkan revisi UMP DKI Jakarta
              2022 yang telah diumumkan oleh Gubernur DKI sambil menunggu Keputusan PTUN berkekuatan
              hukum tetap, namun tetap mengikuti Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1395 Tahun 2021
              yang ditetapkan 19 November 2021," tegas Hariyadi dalam Konferensi Pers Menyikapi Revisi
              UMP DKI Jakarta 2022, Senin, 20 Desember 2021.
              Hariyadi  menekankan  langkah  yang  diambil  tersebut  dilakukan  bersama  dengan  kelompok
              pengusaha yang terkumpul dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Apindo dan
              Kadin punya pandangan yang sama dan sepakat untuk menentang kebijakan baru Anies terkait
              revisi UMP DKI Jakarta untuk tahun depan.
              Keduanya juga meminta Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) untuk memberikan sanksi
              kepada kepala daerah yang telah melawan hukum regulasi ketenagakerjaan, terutama dalam
              hal pengupahan.

              "Karena kondisi tersebut menimbulkan iklim yang tidak kondusif bagi hubungan industrial, dan
              tentunya bagi perekonomian nasional," jelasnya.

              Selanjutnya,  meminta  Menteri  Dalam  Negeri  (Mendagri)  untuk  memberikan  pembinaan  atau
              sanksi kepada kepala daerah yang tidak memahami peraturan perundangan.

              "Kepala  daerah  yang  tidak  memahami  peraturan  perundangan  akan  mengakibatkan
              melemahnya sistem pemerintahan sebagaimana amanat Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun
              2014 pasal 373 yang pada intinya menyatakan pemerintah pusat melakukan pembinaan dan
              pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah," pungkas Hariyadi.





























                                                           302
   298   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308