Page 384 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 384

Ringkasan

              Pernyataan yang disampaikan Presiden Joko Widodo mengenai omnibus law Cipta Kerja pada
              Jumat (9/10) sore, tak menjawab hal-hal yang dipersoalkan publik.

              Hal  tersbeut  dikatakan  oleh  Direktur  Eksekutif  Institute  for  Development  of  Economics  and
              Finance ( Indef) Enny Sri Hartati menilai.

              Pernyataan  Jokowi  itu  dinilai  hanya  retorika,  lantaran  hingga  saat  ini  belum  ada  kejelasan
              mengenai draf UU Cipta Kerja yang final dan disahkan.


              PERNYATAAN JOKOWI SOAL UU CIPTA KERJA DINILAI HANYA RETORIKA DAN TAK
              JAWAB PERSOALAN

              Pernyataan yang disampaikan Presiden Joko Widodo mengenai omnibus law Cipta Kerja pada
              Jumat (9/10) sore, tak menjawab hal-hal yang dipersoalkan publik.
              Hal  tersbeut  dikatakan  oleh  Direktur  Eksekutif  Institute  for  Development  of  Economics  and
              Finance ( Indef) Enny Sri Hartati menilai.

              Pernyataan  Jokowi  itu  dinilai  hanya  retorika,  lantaran  hingga  saat  ini  belum  ada  kejelasan
              mengenai draf UU Cipta Kerja yang final dan disahkan.

              Dengan  begitu,  publik  tak  bisa  memastikan  apakah  yang  disampaikan  Jokowi  hanya  klaim
              semata atau bukan.

              "(Pernyataan  Jokowi)  tidak  menjawab  persoalan,  karena  tidak  mengacu  pada  satu  hal  yang
              sifatnya resmi dan formal," kata Enny kepada Kompas.com, Jumat (9/10).

              "Saya bisa menjawab apakah itu klaim atau tidak ketika publik disuguhkan draf resmi," tuturnya.

              Enny  mengatakan,  UU  Cipta  Kerja  ditentang  banyak  pihak  karena  sejumlah  ketentuan  di
              dalamnya dinilai merugikan pekerja.

              Penilaian itu muncul pasca publik membaca draf UU Cipta Kerja yang beredar, yang kemudian
              oleh DPR disebut belum final.

              Oleh karenanya, kata Enny, jika Presiden hendak membantah, seharusnya publik diberikan akses
              seluas-luasnya terhadap draf undang-undang yang final.


              Jika tidak, narasi-narasi seperti kemudahan perusahaan melakukan PHK, meluasnya outsourcing
              dan lainnya, akan terus berkembang.

              "Kalau memang dibantah lalu sekarang yang akan bisa diakses publik secara benar-benar resmi
              dari pemerintah itu yang mana drafnya? Itu aja dulu dijawab, karena sampai hari ini kalau kita
              tanya ke Baleg atau Bamus DPR itu mereka masih merapikan," ujar Enny.

              Enny pun mempertanyakan bagaimana bisa sebuah undang-undang disahkan tetapi rumusannya
              belum final. Menurut dia, hal ini menjadi retorika para pemangku kepentingan.

              "Bagaimana mungkin undang-undang disahkan kok itu rumusannya belum final, itu lebih ajaib
              lagi. Jadi ini permainan retorika kata-kata menurut saya," kata dia.

              Enny menambahkan, masifnya penolakan publik terhadap UU Cipta Kerja menjadi bukti adanya
              ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan DPR.


                                                           383
   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389