Page 388 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 388

yang rigid tentang UU ciptaker ini. Agar, jangan sampai opini yang salah yang justru berkembang
              luas di ruang publik, dan mempengaruhi persepsi masyarakat dan buruh saat ini.
              Untuk memahami UU Cipta ker ini, masyarakat harus mampu mengerti konsepsi intelektual dan
              analisis kontekstual dalam rumusan setiap pasal UU Ciptaker ini dan itu bukan satu hal yang
              mudah sehingga UU Ciptaker ini perlu diterjemahkan dengan lebih baik, melalui pendekatan dan
              bahasa yang mudah dimengerti.

              Selanjutnya, agar menjadi implementatif, penting bagi pemerintah untuk segera menyusun dan
              menyiapkan regulasi turunan, atau aturan pelaksana dari UU Omnibus Law Ciptaker ini secara
              jelas, detail dan komprehensif. Baik dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) ataupun peraturan
              lainnya sehingga amanat perlindungan dan keadilan yang diatur dalam UU Ciptaker ini dapat
              dilaksanakan dengan baik.

              Menata  ulang  birokrasi    Sekali  lagi,  inkonsistensi  peraturan  perundang-undangan  yang  ada
              selama ini sering kali menyebabkan implementasi terhadap aturan menjadi tidak efektif, dan
              tentu  juga  menyebabkan  tidak  adanya  kepastian  hukum  sehingga  untuk  menyelesaikan
              pertentangan  antarperaturan  perundang-undangan  dan  norma  hukum  yang  ada  itu,  metode
              omnibus law merupakan pilihan yang logis.

              Metode  mengubah,  mencabut,  dan  membentuk  beberapa  UU  sekaligus  ke  dalam  satu  UU
              (Massicotte, 2013) ini merupakan satu kebijakan strategis dan satu terobosan visioner dalam
              konteks  pembangunan,  dan  pembaharuan  hukum  nasional,  dalam  rangka  mencari
              keseimbangan,  antara  kebutuhan  hukum  yang  lebih  fleksibel,  dinamika  yang  ada,  juga,
              kepentingan  masyarakat  luas  secara  terpadu,  sistematis,  berpedoman  pada  UUD  1945  dan
              Pancasila.

              Keputusan DPR mengesahkan RUU Cipta kerja menjadi UU ini merupakan satu keputusan politik
              yang harus diterima oleh publik. Keputusan itu tentu saja tidak akan mampu untuk memuaskan
              semua pihak.

              Atas ketidakpuasan itu, negara telah memberikan ruang sangat terbuka bagi masyarakat untuk
              mengoreksi dan menguji keputusan DPR dalam mengesahkan UU Omnibus Law Ciptaker melalui
              mekanisme  judicial review  di MK. Baik terhadap prosedur pembentukannya (formal) maupun
              juga terhadap materi muatannya (materiil). Bahkan, tidak tertutup kemungkinan UU itu untuk
              disempurnakan di kemudian hari, melalui mekanisme politik, yaitu melalui revisi UU.
              Sebagai penutup, perbedaan penafsiran dan pandangan terhadap UU Omnibus Law Cipta Kerja
              ini hal yang lumrah, dan wujud implementasi nilai demokrasi di Indonesia. Namun, kedewasaan
              berdemokrasi juga perlu untuk dimajukan, dan publik harus menghindari langkah-langkah yang
              sifatnya destruktif, dan provokatif, di luar saluran konstitusi, yang pada akhirnya, akan sangat
              berbahaya, dan berpotensi merusak keutuhan kita, dalam berbangsa dan bernegara. Apalagi, di
              tengah situasi pandemi covid-19 ini.


















                                                           387
   383   384   385   386   387   388   389   390   391   392   393