Page 554 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 554

UU CIPTA KERJA PICU GELOMBANG DEMO, FAHRI HAMZAH: AKIBAT DITUTUPI
              ISINYA, TAK DIJELASKAN KE PUBLIK
              Wakil Ketua Umum (Waketum)  Partai Gelombang Rakyat (Gelora)  Indonesia  Fahri Hamzah
              meminta pemerintah dapat mengambil pelajaran besar dari aksi penolakan  UU Cipta Kerja  di
              berbagai daerah.

              "Saya  kira  ada pelajaran  besar  yang  harus  dipetik  hari-hari  ini,  karena  maksud  baik  kadang
              dikotori  oleh  adanya  maksud-maksudnya  yang  tidak  baik.  Maksud  baik  akhirnya  bercampur
              dengan maksud yang tidak baik, sehingga menjadi keruh dan akhirnya rakyat menolak," kata
              Fahri dalam keterangannya, Jumat (9/10/2020).

              Menurut  Fahri,  Undang-Undang  Omnibus  Law  adalah  UU  yang  unik,  termasuk  dalam
              penamaannya dalam bahasa Indonesia disebut sebagai UU Cipta Kerja.

              UU Cipta Kerja, kata Fahri, mengatur semua kegiatan perekonomian dan lapangan pekerjaan.

              "Siapa yang tidak mau lapangan kerja tercipta, siapa yang tidak mau bekerja, siapa yang tidak
              mau  punya  penghasilan,  ngasih  makan  keluarga  dan  anak-anak.  Siapa  sih  yang  tidak  mau,
              semuanya ingin kerja. Lalu, kenapa undang-undang yang maksudnya baik ditolak semua orang,"
              kata Fahri.

              Fahri  menilai,  banyaknya  aksi  penolakan  terhadap  pengesahan    UU  Cipta  Kerja    ,  karena
              pemerintah sejak awal menutup-nutupi isi yang tercantum dalam UU  Omnibus Law  tersebut,
              dan tidak mengkomunikasikan kepada publik hingga disahkan DPR.

              "Kalau pemeritah menyatakan ini semua baik, maka sejak awal akan dikomunikasikan. Orang
              harus diberi tahu hal-hal yang tercantum dalam UU ini, dan pasti semua akan menerima," papar
              mantan Wakil Ketua DPR itu.
              "Karena  sekali  lagi  tidak  ada  orang  yang  tidak  mau  kerja,  tidak  ada  orang  yang  tidak  ingin
              kehidupannya  menjadi  baik  dengan  bekerja  dan  terlibat  dalam  kegiatan  perekonomian,"
              sambung Fahri.

              Ia melihat, sejak awal pemerintah tidak terbuka soal UU  Omnibus Law  Cipta Kerja, sehingga
              publik mengesankan UU ini tidak berpihak kepada rakyat.

              Tetapi berpihak kepada pengusaha, kelompok dan golongan tertentu saja yang ingin menguasai
              perekonomian Indonesia.

              "Kalau kata alm WS Rendra, maksud baik saudara untuk siapa? Maksud baik saudara ada di
              pihak yang mana? Pertanyaan-pertayaan ini terjadi karena tidak adanya keterbukaan dari awal,"
              ungkap Fahri.

              Oleh sebab itu, Fahri menyebut, saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah, untuk terus
              menerus memberi penjelasan ke publik dan meyakinkan publik  UU Cipta Kerja  berpihak kepada
              rakyat, bukan berpihak kepada yang lain.

              Di sisi lain, Fahri juga meminta DPR ikut memberikan penjelasan ke publik, dan tidak cuci tangan
              usai mengesahkan  UU Cipta Kerja  dengan menyerahkan bola panasnya ke pemerintah.

              Sebab,  DPR  yang  berisi  perwakilan  partai  politik  adalah  pihak  yang  dianggap  paling
              bertanggungjawab, karena telah membahas dan mengesahkan UU tersebut secara cepat.

              "Itu saran saya kepada pemerintah dan DPR, semua anggota DPR yang sejak awal semua partai
              politik sebenarnya menyetujui pembahasan, meski diujung berbeda pendapat diakhirnya. Tetapi
              sejatinya mereka setuju, termasuk partai politik yang menolak," ujar Fahri.
                                                           553
   549   550   551   552   553   554   555   556   557   558   559