Page 648 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 OKTOBER 2020
P. 648

tahapan  perencanaan,  penyusunan,  pembahasan,  pengesahan  atau  penetapan,  dan
              pengundangan (vide Pasal 1 Angka 1 UU No.12/2011).
              Namun, pengajuan permohonan uji materi UU Ciptaker terhadap UUD NRI Tahun 1945 ke MK
              setelah UU tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

              Apakah Presiden RI Joko Widodo sudah mengesahkan RUU Ciptaker menjadi undang-undang?
              Hal  ini  mengingat  UU  Pembentukan  Peraturan  Perundang-undangan  Pasal  72  Ayat  (2)
              mengamanatkan pimpinan DPR menyampaikan RUU itu kepada Presiden dalam jangka waktu
              paling lama 7 hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama, atau selambat-lambatnya pada
              hari Senin (12/10).

              Selanjutnya, RUU tersebut disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam
              jangka waktu paling lama 30 hari terhitung sejak RUU tersebut disetujui bersama oleh DPR dan
              Presiden, atau selambat-lambatnya pada hari Rabu (4/11).

              Jika  tidak  ditandatangani  oleh  Presiden  dalam  waktu  paling  lama  30  hari  terhitung  sejak
              rancangan undang-undang itu disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan
              wajib diundangkan (vide Pasal 73 Ayat 2).

              Versi  draf    Ketika berupa  naskah  akademik  nama  rancangan  undang-undang  ini  "RUU  Cipta
              Lapangan Kerja". Setelah melalui pembahasan di DPR RI, sejak 20 April hingga 3 Oktober 2020,
              namanya berubah menjadi "RUU Cipta Kerja".

              Badan Legislasi DPR RI bersama Pemerintah dan DPD RI, kata Ketua Baleg Supratman Andi
              Agtas, telah melaksanakan rapat sebanyak 64 kali terdiri atas 2 kali rapat kerja, 56 kali rapat
              panja, dan 6 kali rapat tim perumus (timus)/tim penyusun (timsin).

              Draf  RUU  yang  beredar  di  tengah  masyarakat  melalui  media  sosial  pun  beraneka  ragam.
              Pasalnya, masih ada yang mempersoalkan peniadaan upah minimum kabupaten/kota (UMK).

              Berdasarkan   file   "RUU  Cipta  Kerja"  bunyi Pasal  88C  Ayat  (1):  Gubernur  menetapkan  upah
              minimum sebagai jaring pengaman; Ayat (2) upah minimum sebagaimana dimaksud pada Ayat
              (1) merupakan upah minimum provinsi (UMP). Dalam dokumen ini UMK dihapus.

              Setelah tanggal 3 Oktober atau berdasarkan nama dokumen "UU Cipta Kerja FINAL - Paripurna",
              UMK tetap ada.

              Pasal 88C Ayat (1): Gubernur wajib menetapkan upah minimum provinsi; (2) Gubernur dapat
              menetapkan  upah  minimum  kabupaten/kota  dengan  syarat  tertentu;  (3)  Upah  minimum
              sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan berdasarkan kondisi ekonomi dan
              ketenagakerjaan.

              Selanjutnya,  Ayat  (4)  Syarat  tertentu  sebagaimana  dimaksud  pada  Ayat  (2)  meliputi
              pertumbuhan ekonomi daerah dan inflasi pada kabupaten/kota yang bersangkutan; Ayat (5)
              Upah minimum kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus lebih tinggi dari
              upah minimum provinsi.

              Ayat  (6)  Kondisi  ekonomi  dan  ketenagakerjaan  sebagaimana  dimaksud  pada  Ayat  (3)
              menggunakan data yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.

              Ayat  (7)  Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  penetapan  upah  minimum  sebagaimana
              dimaksud pada Ayat (3) dan syarat tertentu sebagaimana dimaksud pada Ayat (4) diatur dengan
              peraturan pemerintah.

              Itu salah contoh perbedaan antara dua draf. Hal lainnya, draf yang diparipurnakan terdiri atas
              15 bab dan 186 pasal, sedangkan draf sebelumnya berisi 15 bab dan 174 pasal.
                                                           647
   643   644   645   646   647   648   649   650   651   652   653