Page 207 - Buku Handbook HC Policy V1,0-23122020
P. 207
Pendapatan Non Upah
Benefit Cuti Karyawan (5 dari 7)
Pernyataan Kebijakan (lanjutan):
13. Cuti Karena Alasan Penting:
1. Cuti karena alasan penting diberikan dalam hal sebagai berikut:
1. Karyawan menikah, diberikan cuti selama 3 (tiga) hari kerja;
2. Karyawan menikahkan anaknya, diberikan cuti selama 3 (tiga) hari kerja;
3. Karyawan mengkhitankan anaknya, diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja;
4. Karyawan membaptiskan anaknya, diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja;
5. Karyawan melaksanakan ritual upacara potong gigi anaknya (Hindu), diberikan cuti selama 2 (dua) hari
kerja;
6. Karyawan melaksanakan upacara wisudi anaknya (Budha), diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja;
7. Isteri Karyawan melahirkan atau keguguran kandungan, diberikan cuti selama 3 (tiga) hari kerja;
8. Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu Karyawan meninggal dunia, diberikan cuti
selama 3 (tiga) hari kerja;
9. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja;
10. Saudara kandung tidak serumah meninggal dunia, diberikan cuti selama 2 (dua) hari kerja.
2. Pengajuan cuti karena alasan penting harus dilampiri dengan bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila tidak maka dilakukan pengurangan penghasilan;
3. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Karena Alasan Penting tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
14. Cuti Menjalankan Ibadah:
1. Karyawan diijinkan untuk tidak bekerja guna menjalankan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya serta diatur
dan/atau diakui oleh pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu berupa ibadah haji
untuk pertama kali;
2. Lamanya waktu tidak bekerja sebagaimana dimaksud pada Point 1 adalah sesuai dengan waktu pelaksanaan
ibadah yang secara resmi ditetapkan oleh Pemerintah ditambah dengan 7 (tujuh) hari sebelum pemberangkatan
dari tempat kediaman dan 7 (tujuh) hari setelah pendaratan tiba di tanah air dengan ketentuan jumlah
keseluruhannya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan;
3. Bagi Karyawan yang tidak memungkinkan melaksanakan ibadah haji selama menjadi Karyawan, diberikan cuti
menjalankan Ibadah Umroh dengan ketentuan:
1. Ibadah umroh yang pertama kali;
2. Waktu menjalankan ibadah umroh maksimal 10 hari;
3. Jumlah hari tambahan 3 (tiga) hari sebelum berangkat umroh dan 3 (tiga) hari setelah pendaratan tiba
di tanah air;
4. Bagi yang telah atau akan menjalankan ibadah haji setelah berlakunya ketentuan ini, tidak berhak
mendapat cuti menjalankan ibadah umroh.
4. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Menjalankan Ibadah tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
15. Cuti Bersama:
1. Cuti bersama adalah cuti yang dilaksanakan secara serentak oleh semua Karyawan Perusahaan;
2. Cuti bersama dilaksanakan berdasarkan keputusan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setempat;
3. Pelaksanaan cuti bersama mengurangi hak Cuti Tahunan, kecuali Cuti Bersama yang jumlahnya 1 (satu) hari;
4. Karyawan wajib melaksanakan Cuti Bersama yang berkaitan dengan hari raya keagamaan yang utama sesuai
dengan keyakinan yang dianutnya;
5. Apabila Pemerintah menetapkan jumlah cuti bersama lebih dari 3 (tiga) hari kerja maka maksimal pemotongan
Cuti Tahunan Karyawan akibat cuti bersama adalah 3 (tiga) hari kerja;
6. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Bersama tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
16. Cuti Diluar Tanggungan Perusahaan:
1. Cuti Diluar Tanggungan Perusahaan adalah cuti yang diberikan kepada Karyawan dalam hal:
1. Menjalankan tugas negara;
2. Mendampingi suami/istri yang menjalankan tugas negara;
3. Mendampingi suami/istri karena tugas Perusahaan atau tugas belajar di negara lain;
4. Melanjutkan pendidikan ke luar negeri atas biaya sendiri/lembaga lain dengan rekomendasi/ijin dari
Direksi.
2. Cuti Diluar Tanggungan Perusahaan diberikan paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk paling
lama 1 (satu) tahun, kecuali dalam hal menjalankan tugas negara dan/atau mendampingi suami/istri yang
menjalankan tugas negara;
207