Page 206 - Buku Handbook HC Policy V1,0-23122020
P. 206
Pendapatan Non Upah
Benefit Cuti Karyawan (4 dari 7)
Pernyataan Kebijakan (lanjutan):
9. Pemeriksaan Medis (lanjutan):
2. Pemeriksaan medis sebagaimana dimaksud pada Point 1 dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk Perusahaan
dengan biaya dari Perusahaan;
3. Rumah Sakit yang ditunjuk Perusahaan sebagaimana dimaksud pada Point 2 adalah minimal rumah sakit tipe B;
4. Bilamana dari hasil pengujian medis, Karyawan dinyatakan masih memenuhi syarat untuk melanjutkan pekerjaan,
maka Karyawan tersebut ditempatkan di unit kerja dan atau jenis pekerjaan yang cocok untuk kesehatan
Karyawan tersebut sesuai dengan rekomendasi rumah sakit yang melakukan pemeriksaan medis;
5. Bilamana dari hasil pengujian kesehatan, Karyawan dinyatakan tidak layak lagi untuk melanjutkan tugas
pekerjaannya, maka Karyawan tersebut dikenakan pemutusan hubungan kerja.
10. Cuti Bersalin:
1. Cuti Bersalin diberikan kepada Karyawan yang melahirkan, untuk waktu selama 1,5 (satu setengah) bulan
sebelum tanggal melahirkan sesuai perkiraan dari dokter dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan
dengan ketentuan:
1. Jika pada kenyataannya Karyawan melahirkan lebih cepat dari tanggal perkiraan dokter, maka cuti
selama 1,5 (satu setengah) bulan berikutnya dimulai sejak 1 (satu) hari setelah tanggal melahirkan
secara riil, dan kekurangan hari cuti sebelum tanggal melahirkan tidak dapat ditambahkan ke hari cuti
setelah melahirkan;
2. Jika pada kenyataannya Karyawan melahirkan lebih lambat dari tanggal perkiraan dokter maka cuti
selama 1,5 (satu setengah) bulan berikutnya dimulai sejak 1 (satu) hari setelah tanggal melahirkan
secara ril, dan kelebihan hari cuti sebelum tanggal melahirkan tidak mengurangi hari cuti setelah
melahirkan.
2. Karyawan yang mengajukan dan menjalankan cuti bersalin wajib melaporkan:
1. Surat keterangan dokter yang berisi perkiraan tanggal kelahiran; dan
2. Surat keterangan tanggal kelahiran anak.
3. Cuti bersalin tidak membatasi jumlah kelahiran anak tetapi dapat membatasi pemberian bantuan persalinan (jika
ada);
4. Pelaksanaan cuti bersalin tidak menghilangkan hak Cuti Tahunan dan cuti lainnya;
5. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Bersalin tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
11. Cuti Gugur Kandungan:
1. Karyawan yang Mengalami Gugur Kandungan berhak istirahat tidak masuk kerja (Cuti Gugur Kandungan) selama
1,5 bulan atau sesuai surat keterangan dokter kandungan/bidan, dengan tetap berhak atas Cuti Tahunan;
2. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Gugur Kandungan tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
12. Karyawan yang setelah menjalani Cuti Bersalin atau Cuti Gugur Kandungan menderita sakit baik sebagai akibat
melahirkan/keguguran atau sebab lain, kepadanya diberlakukan Cuti Sakit (Sakit Rawat Inap atau Sakit Tidak Rawat Inap
dan Sakit Tetap Bekerja Tapi Tidak Optimal).
13. Cuti Haid:
1. Cuti Haid diberikan kepada Karyawan perempuan jika yang bersangkutan mengalami sakit pada hari pertama dan
kedua haid;
2. Karyawan yang mengajukan dan menjalankan Cuti Haid wajib:
1. Memberitahukan kepada Perusahaan secara tertulis dengan melampirkan surat keterangan dokter
spesialis kandungan yang berlaku selama 4 (empat) bulan;
2. Memperbarui surat keterangan dokter spesialis kandungan sebagaimana disebutkan dalam Point 1,
setiap 4 (empat) bulan sekali.
3. Surat keterangan dokter spesialis kandungan berisi diagnosa yang menerangkan bahwa Karyawan yang
bersangkutan mengalami sakit dan/atau kelainan pada saat haid hari pertama dan kedua, sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan atau mengganggu dalam proses pelaksanaan pekerjaan;
4. Cuti Haid diberikan selama 2 (dua) hari kerja setiap bulannya;
5. Karyawan yang sedang menjalankan Cuti Haid tidak dapat mengajukan cuti lainnya.
206