Page 157 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 157
Bab IX — Aturan Resepsi di Hari Uposatha
kadang dibawa ke India oleh para saudagar. Orang-orang di pulau-
pulau Lautan Selatan tidak menggunakan porselen sebagai peralatan
makan karena makanan yang diletakkan di atas porselen akan berbau
minyak. Tetapi sesekali mereka menggunakannya jika masih baru,
setelah bau minyak dicuci dengan abu murni. Bahan-bahan dari kayu
jarang dipakai sebagai peralatan makan, namun jika masih baru,
itu dapat digunakan satu kali, tetapi tak pernah digunakan dua kali
karena tidak diperkenankan dalam Vinaya.
Lantai ruang makan tuan rumah ditaburi kotoran sapi, kursi-kursi
kecil disusun dalam jarak tertentu, dan air yang banyak disiapkan
dalam sebuah kendi yang bersih. Ketika para biksu tiba, mereka
melepaskan cantelan di jubah mereka. Kendi yang bersih diletakkan
di hadapan mereka masing-masing; dan mereka memeriksa air. Bila
tidak ada serangga di dalamnya, mereka mencuci kaki dengan air
tersebut, kemudian duduk di kursi kecil. Setelah mereka berehat
sejenak, tuan rumah mengecek waktu dan bila matahari mendekati
titik puncak, tuan rumah mengumumkan: ‘sudah saatnya.’ Lalu
masing-masing biksu melipat jubah di kedua sudut, mengikatnya di
depan dan menarik sudut kanan dari jubah bawah serta mengikatnya
dengan pengikat pinggang di sebelah kiri. Para biksu membersihkan
tangan dengan bubuk dari kacang-kacangan atau abu tanah; lalu
tergantung mana yang lebih memudahkan – tuan rumah bisa
menuangkan air untuk para biksu atau para biksu menggunakan
air dari kendi. Kemudian para biksu kembali ke tempat duduk.
Berikutnya, peralatan makan dibagikan kepada para tamu di mana
mereka bilas dengan sedikit air. Tidak ada kebiasaan memanjatkan
doa sebelum bersantap. Setelah mencuci tangan dan kakinya, tuan
rumah membuat persembahan di hadapan patung para Arhat di
salah satu ujung deretan kursi kemudian tuan rumah membagikan
makanan kepada para biksu. Di ujung deretan kursi satunya lagi,
persembahan dihaturkan untuk Hariti.
Pada kehidupan sebelumnya, karena sebab tertentu atau hal
lainnya, Ibu (Hariti) bersumpah untuk melahap semua bayi di
143