Page 160 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 160

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            tinggal di wihara, ketika didistribusikan ternyata cukup untuk begitu
            banyak biksu dan banyak makanan yang berlebih seperti biasanya.
            Semua berseru ‘Baik sekali’ dan memuji daya dari Istadevata tersebut.
            Saya  sendiri  pergi  ke  tempat  itu  untuk  memberi  penghormatan
            dan saya melihat patung Mahakala di mana persembahan makanan
            yang  berlimpah  dihaturkan.  Saya  menanyakan  alasannya  dan  saya
            diceritakan mengenai kisah  di atas.  Di Tiongkok, patung Mahakala
            sering  ditemukan  di  wilayah  Jiangnan,  meskipun  tidak  ditemukan
            di Huaibei. Dikatakan barang siapa yang memohon (anugerah) akan
            dikabulkan. Dikatakan kemanjuran Istadevata ini tidak bisa disangkal.
            Naga Mahamucilinda  di Wihara Mahabodhi (dekat Gaya) dikatakan
                                31
            juga memiliki daya mukjizat serupa.

                 Berikut  adalah  tata  cara  menghidangkan  makanan.  Pertama-
            tama, satu atau dua potong jahe seukuran ibu jari dihidangkan (untuk
            setiap tamu), berikut sesendok atau setengah sendok garam di atas
            daun. Dengan beranjali dan berlutut di hadapan kepala biksu, orang
            yang menghidangkan garam berucap ‘sampragatam’ (selamat datang!),
            yang secara harfiah artinya ‘tiba dengan baik.’ Dulu diterjemahkan
            sebagai ‘sengba’  di mana itu adalah keliru. Lalu kepala biksu berkata:
                           32
            ‘hidangkanlah makanan untuk semuanya.’


                 Kata  ‘sampragatam’  mengandung  makna  bahwa  layanan  telah
            diberikan dengan baik dan waktu bersantap sudah tiba. Itulah makna
            dari kata tersebut. Namun suatu waktu, ketika Buddha dan para murid
            menerima  persembahan  makanan  beracun  dari  seseorang,  beliau
            mengajarkan  para  biksu  untuk  mengucap  ‘sampragatam,’  kemudian
            mereka  semua  menyantapnya.  Racun  yang  ada  dalam  makanan
            berubah menjadi gizi. Dari sudut pandang ini, bisa kita lihat bahwa
            kata tersebut tidak hanya berarti ‘tiba dengan baik,’ tapi juga suatu
            mantra. Kita bisa mengucapkan kata ini sesuai kehendak hati kita,

            31   Disebut dalam Mahavagga I, Mucilinda muncul untuk melindungi Buddha
            dan bahkan untuk mendengarkan ajaran. Lihat The Sacred Books of the East,
            Jilid XIII.
            32   僧 跋 (sengba).


                                            146
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165