Page 164 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 164

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


                 Setiap  tamu  membacakan  sebuah  stanza  secara  bergantian,
            namun  tidak  ada  upacara  keagamaan  setelah  bersantap.  Mengenai
            makanan  yang  berlebih  (ucchishtabhojana),  para  biksu  dapat
            melakukan apa yang mereka inginkan; mereka bisa meminta seorang
            pelayan  untuk  membawanya  atau  memberikannya  kepada  orang-
            orang yang membutuhkan yang layak menyantap makanan tersebut.
            Jika  sedang  musim  paceklik  dan  khawatir  bahwa  tuan  rumah  tak
            berkenan,  dia  hendaknya  bertanya  kepada  tuan  rumah  apakah
            makanan yang berlebih dapat dibawa pergi. Namun tidak ada aturan
            apakah tuan rumah sendiri yang harus menyimpan makanan yang
            berlebih. Demikianlah aturan umum dalam menerima persembahan
            pada hari Uposatha di India.

                 Upacara  terkadang  berbeda  dalam  beberapa  hal:  tuan  rumah
            menyiapkan  patung  suci  sebelumnya,  dan  ketika  tengah  hari  tiba
            semua tamu dipersilakan duduk dan beranjali di hadapan altar, dan
            masing-masing  berkontemplasi  mengenai  objek  penghormatan.
            Setelah selesai, mereka mulai bersantap. Kadang-kadang para tamu
            meminta salah satu biksu mendekati altar, memberi penghormatan
            dan  melakukan  pujian  pada  Buddha  dengan  suara  keras  sambil
            berlutut dan beranjali.


                 (Catatan  Yi  Jing):  ‘Berlutut’  adalah  meletakkan  kedua  lutut  di
            lantai dengan kedua paha menopang tubuh. Dalam terjemahan dulu,
            itu secara keliru diterjemahkan sebagai ‘cara orang Mongolia berlutut.’
            Bagaimanapun, hal ini dijalankan di semua lima wilayah India, lalu
            mengapa kita menyebutnya ‘cara orang Mongolia berlutut?’


                 Biksu  yang  ditunjuk  tak  perlu  bicara  apa  pun,  kecuali
            melantunkan pujian atas kebajikan-kebajikan Buddha. Tuan rumah
            (Danapati) mempersembahkan pelita dan menaburkan bunga-bunga
            dengan pikiran yang terfokus dan penuh hormat. Dia meminyaki kaki
            para biksu dengan bubuk wangi dan membakar dupa yang banyak.
            Membakar dupa dilakukan oleh orang yang sama.
                                                           36
            36  Sering juga beberapa orang membakar dupa secara bergantian. Sementara


                                            150
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169