Page 168 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 168

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            apa pun,  atau sayuran mentah. Karenanya mereka tidak mengalami
                    42
            gangguan pencernaan; lambung dan usus mereka sehat, tidak menjadi
            keras atau terasa nyeri.

                 Di sepuluh pulau Lautan Selatan, perayaan hari Uposatha dibuat
            dalam  skala  yang  lebih  besar  lagi.  Pada  hari  pertama,  tuan  rumah
            menyiapkan  kacang  pinang,   minyak  beraroma  wangi  dibuat  dari
                                        43
            fuzi  (mustaka, Cyperus rotundus), dan sejumlah kecil tumbukan beras
                44
            diletakkan pada selembar daun di atas piring. Ketiga bahan ini disusun
            di atas tampah besar yang ditutup dengan kain putih, air dituangkan
            keluar  dan  disimpan  dalam  kendi  emas,  dan  lantai  di  sekeliling
            tampah  diperciki  air.  Setelah  hal-hal  ini  dipersiapkan,  para  biksu
            diundang datang. Sebelum tengah hari di hari terakhir, para biksu
            dipersilakan  untuk  meminyaki  diri  dan  membersihkan  diri.  Ketika
            tengah hari di hari kedua telah berlalu, sebuah patung suci dibawa
            (dari wihara) dengan kereta atau ditandu, diiringi oleh banyak biksu
            dan para perumah tangga, memainkan genderang dan alat-alat musik,
            mempersembahkan dupa dan bunga, dan membawa panji-panji yang
            berkilau di bawah matahari – dengan cara demikianlah patung suci
            dibawa ke halaman rumah. Di bawah sebuah kanopi yang terbentang,
            patung dari emas atau perunggu dihias dengan indah dan cemerlang,
            lalu diminyaki dengan wewangian dan diletakkan di dalam baskom
            yang bersih. Patung lalu dimandikan oleh semua yang hadir dengan air
            wewangian (gandhodaka). Setelah dikeringkan dengan kain beraroma,
            patung dibawa ke ruangan utama rumah, lalu dipersembahkan pelita
            dan  dupa  secara  berlimpah,  diiringi  puji-pujian.  Kemudian  biksu
            yang  paling  senior  (Sthavira)  membacakan  Danagatha  untuk  tuan
            rumah, mendedikasikan kebajikan dari perayaan keagamaan untuk
            kehidupan mendatang. Kemudian para biksu dibimbing keluar rumah
            untuk mencuci tangan dan membersihkan mulut, dan setelah itu, air

            42  Lihat Bab XXVIII halaman 280. Bawang-bawangan tidak diperkenankan
            untuk dikonsumsi (Cullavagga V).

            43  Bahasa Tionghoa: binglang yaitu buah Areca catechu.
            44  Kata 片 (pian) dibaca 付 (fu).


                                            154
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173