Page 176 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 176
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Tekad seorang Bodhisattva adalah menjaga pelampung (untuk
semua makhluk yang hanyut dalam lautan samsara) dengan baik
53
agar tidak bocor. Dengan tidak melakukan pelanggaran sekecil
apa pun, kita juga dapat menyatakan bahwa inilah kelahiran yang
terakhir. Kita dapat mempraktikkan ajaran Mahayana dan Hinayana
sesuai dengan petunjuk Bhagavan yang penuh welas asih, mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran kecil dan bermeditasi tentang
shunyata. Jika hal-hal dijalankan dengan baik dan pikiran kita tenang,
apa salahnya (mengikuti kedua ajaran)?
Beberapa orang takut menyesatkan diri sendiri maupun orang
lain, dan hanya mengikuti salah satu ajaran.
Tentu saja ajaran shunyata sama sekali tidak keliru, namun
ajaran Vinaya seharusnya tidak diabaikan. Seorang biksu harus
mengulang ajaran sila dua minggu sekali, dan di saat yang sama
mengakui pelanggaran serta melakukan purifikasi. Dia hendaknya
selalu mengajar dan menyemangati para pengikut untuk memberi
hormat pada Buddha tiga kali sehari.
Ajaran Buddha semakin merosot hari demi hari. Ketika saya
membandingkan apa yang saya lihat di usia muda dengan apa yang
saya lihat saat ini di usia lanjut, keadaannya sangat berbeda. Kita
semua bisa menyaksikannya sendiri dan hendaknya kita lebih
berhati-hati di kemudian hari.
Kita selalu butuh makan dan minum, tetapi mereka yang
menghormati dan melayani Buddha hendaknya tak pernah
mengabaikan ajaran agung beliau mengenai hal-hal ini. Sekali lagi
saya katakan: inti dari 80.000 ajaran Buddha dapat disarikan dalam
satu atau dua hal: kita harus selaras dengan jalan konvensional,
namun secara internal berusaha merealisasi prajna sejati (pengertian
53 Menurut Kasyapa, dalam Sutra Nirvana dikatakan ada raksasa yang
meminta pelampung kepada Buddha untuk mengarungi lautan. Tetapi kami
tak dapat menemukan perumpamaan ini dalam teks Pali.
162