Page 269 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 269

Bab XXV — Sikap Antara Guru dan Murid


            bagian  dari  teks  dan  mengontemplasikan  apa  yang  dipelajari.  Dia
            mendapat pengetahuan baru hari demi hari, dan mempelajari topik-
            topik klasik bulan demi bulan, tanpa menyia-nyiakan waktu semenit
            pun.


                 Bila waktu sarapan  telah tiba murid harus meminta izin untuk
                                   174
            bersantap. Apa gunanya terburu-buru mengambil air beras sebelum
            fajar  –  saking  tergesa-gesa  sehingga  dia  tidak  memberitahukan
            gurunya, tidak menggunakan kayu pembersih gigi, atau tidak sempat
            memeriksa air apakah ada serangga. Dia bahkan tidak mencuci dan
            membersihkan  dirinya.  Apakah  orang  seperti  itu  tidak  menyadari
            bahwa dia melanggar empat poin  ajaran Buddha? Semua kekeliruan
                                           175
            bersumber dari ini. Saya berharap mereka yang bertanggung jawab
            melestarikan  Dharma   dapat  meneruskan  poin-poin  ini  secara
                                  176
            tepat.


                 (Catatan oleh Yi Jing): Catatan  1. Upadhyaya berasal dari kata
            ‘upa’  yang  artinya  ‘dekat.’  ‘Pā’  di  sini  mengandung  huruf  vokal  ‘a’
            panjang,  dan  ‘adhyaya’  berarti  ‘mengajar  untuk  membaca.’  Istilah
            ini  ditranskripsi  secara  keliru  sebagai  ‘Heshang’  (和尚;  bahasa
            Jepang: O-sho dan Wa-djo). Di India, istilah umum untuk ‘orang-orang




            174  Menurut pengulas Kasyapa, santap ringan yang pertama adalah setelah
            matahari terbit. Makanan sederhana adalah sarapan.
            175  Empat poin ajaran Buddha yang dilanggar adalah: (1) bersantap sebelum
            matahari  terbit;  (2)  tidak  memberitahukan  guru  bahwa  dia  akan  pergi
            bersantap; (3) tidak memakai kayu pembersih gigi; dan (4) tidak memeriksa
            air apakah ada serangga (menurut Kasyapa).

            176  Dalam teks Yi Jing tertera 住  持  之  家 (zhu chi zhi jia). Dua huruf
            pertama  biasanya  diterjemahkan  sebagai  ‘biksu  yang  menetap.’  Benar
            adanya istilah ini kemudian menjadi sebutan untuk ‘biksu yang menetap,’
            tapi dengan diterjemahkan demikian, itu tidak mewakili makna sebenarnya.
            Kata sesungguhnya yang dimaksud adalah 住 持 三 寶 (zhu chi san bao),
            yakni ‘pelestari atau penjaga Triratna.’ Tampaknya Yi Jing menggunakan
            kata-kata tersebut dalam pengertian ini.


                                            255
   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273   274