Page 271 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 271
Bab XXV — Sikap Antara Guru dan Murid
umum, melainkan hanya bahasa daerah dan tidak memiliki makna
tertentu. Orang India sendiri jarang mengetahui sebutan ini. Sebutan
yang paling cocok untuk India adalah ‘Negeri Agung.’
Ada yang mengatakan bahwa ‘Indu’ berarti bulan; dan istilah
Tionghoa untuk India – ‘Indu’ – bersumber dari kata tersebut.
Meskipun artinya demikian, namun itu bukan istilah yang umum.
Untuk orang-orang India, istilah ‘Maha Zhou’ yakni Tiongkok –
hanyalah suatu istilah dan tidak mempunyai makna tertentu.
Lebih lanjut, patut kita catat bahwa seluruh daerah India
terdiri dari lima wilayah yang disebut ‘kerajaan para Brahmana’
(Brahmarashtra).
Sedangkan Suli di utara disebut perbatasan Mongolia. Kita
seyogianya tidak mencampuradukkannya atau menyebut semuanya
dengan satu istilah.
Ketika seseorang telah mencukur rambut, mengenakan jubah
sederhana, dan menerima penabhisan upasampada, setelah menjadi
‘tak berumah’ – seorang murid tidak hanya perlu memberitahukan
gurunya tentang lima hal sebagaimana menurut Vinaya, tapi
179
juga harus memberitahukan semuanya. Jika tidak, dia melakukan
pelanggaran. Lima hal yang harus diberitahukan adalah: (1)
menggunakan kayu pembersih gigi, (2) meminum air, (3) buang
air besar, (4) menyediakan air; (5) Caitya-vandana atau memuja
cetiya dalam jarak 49 depa, menurut batas-batas yang ditentukan.
Sebagai contoh, ketika seorang sramanera hendak bersantap, dia
harus menghampiri gurunya, dan setelah memberi penghormatan
sesuai dengan aturan, dia mengatakan pada gurunya sebagai
berikut: ‘Mohon Upadhyaya memberi perhatian; sekarang saya
memberitahukan kepada guru bahwa saya mencuci tangan dan
peralatan, dan saya ingin bersantap.’ Guru hendaknya mengatakan,
‘Berhati-hatilah.’ Semua pemberitahuan lainnya harus dilakukan
179 Dalam Mulasarvastivadanikaya-vinaya-sangraha, Buku XIII.
257