Page 274 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 274

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            membesarkan putra sulungnya; demikianlah seorang murid diajarkan
            dengan sangat hati-hati. Ini adalah pesan jelas Buddha dalam Vinaya;
            haruskah kita memandangnya dengan sebelah mata?

                 Mengenai Caitya-vandana (‘memuja cetiya’) di atas: ketika Guru
            Agung,  Bhagavan  wafat,  para  dewa  dan  manusia  berkumpul  untuk
            mengkremasikan  jenazah  beliau,  orang-orang  membawa  berbagai
            jenis wewangian hingga menjadi tumpukan besar, yang disebut ‘citi,’
            artinya ‘tumpukan.’  Bersumber dari itu, muncullah istilah cetiya.
                               182
            Tapi ada penjelasan lain mengenai cetiya: pertama, dianggap bahwa
            semua  kebajikan Bhagavan tersimpan (atau  terkumpul, ‘cit’) dalam
            cetiya;  kedua,  karena  cetiya  dibangun  dari  tumpukan  batu  bata
            atau tanah. Dengan demikian, makna dari kata cetiya telah diturun-
            temurunkan  secara  jelas.  Ada  suatu  istilah  lain  yaitu  stupa,  yang
            kadang  dianggap  sama  dengan  cetiya.   Istilah  yang  diadopsi  oleh
                                                 183
            para penerjemah dulu secara umum adalah ta (bahasa Jepang: ‘to’),
                                                                            184
            dan secara khusus disebut ‘zhi ti.’ Kedua istilah tersebut adalah keliru,
            tapi kadang-kadang digunakan karena orang-orang paham apa yang
            dimaksud,  tanpa  menganalisa  makna  dari  kata-kata  tersebut.  Ada
            dua  cara  menjelaskan  suatu  istilah  di  India.  Yang  pertama,  suatu
            istilah  memiliki  arti;  yang  kedua,  tidak  memiliki  arti.  Istilah  yang
            mengandung makna hendaknya dijelaskan sesuai dengan makna kata
            tersebut. Dalam hal ini, baik istilah maupun hal yang dimaksud sesuai
            satu sama lain.


                 Istilah seperti ‘shanru’ (yaitu ‘sepenuhnya memasuki’ Mahayana)
            awalnya  memiliki  makna  dan  merujuk  pada  tindakan  bajik,  tapi
            ketika orang-orang terbiasa dengan istilah tersebut, mereka tak lagi

            182    Bandingkan  dengan  Mahaparinibbana  VI:  ‘Sabbagandhanam  citakam
            karitva Bhagavato sariram citakam aropesum.’ Dengan demikian, istilah ‘citi’ dari
            Yi Jing tampaknya merujuk pada ‘citaka,’ yakni tumpukan di pemakaman.

            183    Mengenai  perbedaan  dan  hubungan  antara  cetiya  dan  stupa,  lihat
            Buddhismus oleh Prof. Kern, di mana di situ dijelaskan secara mendetail.

            184   ‘Ta’  adalah  singkatan  dari  ‘ta  po’  (塔  婆);  bahasa  Jepang  ‘to-ba’).
            Bandingkan dengan istilah thupa (Pali).


                                            260
   269   270   271   272   273   274   275   276   277   278   279