Page 307 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 307

Bab XXXI — Aturan Dalam Membersihkan Objek-Objek Suci


                 Di  wihara-wihara  di  India,  ketika  akan  dilakukan  upacara
            memandikan patung Buddha sebelum tengah hari, biksu yang bertugas
            (Karmadana)  memukul  genta  (gong)  sebagai  tanda  pemberitahuan.
            Setelah  membentangkan  kanopi  permata  di  lapangan  wihara,  dan
            menyusun  kendi-kendi  berisi  air  wangi  dalam  deretan  di  samping
            cetiya, lalu patung yang terbuat dari emas, perak, tembaga atau batu
            diletakkan dalam sebuah baskom yang terbuat dari bahan yang sama,
            sementara sekelompok anak perempuan memainkan musik. Patung
            yang telah diurapi wewangian, lalu disirami air wangi.


                 (Catatan  oleh  Yi  Jing):  Mengenai  kata  ‘Karmadana’;  ‘karma’
            artinya tindakan dan ‘dana’ artinya pemberian, jadi Karmadana adalah
            ‘seseorang  yang  memberikan  berbagai  tugas  kepada  orang  lain.’
            Istilah  ini  hingga  sekarang  diterjemahkan  sebagai  ‘Weina,’   tapi
                                                                       234
            234  Weina (維 那) bahasa Sanskertanya adalah ‘Karmadana.’ Arti Karmadana
            terwakili oleh kata pertama, ‘wei’ yang artinya ‘menata’ atau ‘menentukan
            arah’ [維 dari kata 綱 維 (gang wei)], sementara kata ‘na’ ditambahkan untuk
            menunjukkan bahwa istilah aslinya mempunyai bunyi ‘na’ di belakangnya.

            Kasus  yang  sama  ditemukan  dalam  kata  ‘chanding’  (禪  定)  yang  bahasa
            Sanskertanya  adalah  dhyana.  ‘Chan’  mewakili  ‘dhya,’  menunjukkan  bahwa
            istilah aslinya berbunyi demikian di awal, sementara ‘ding’ adalah terjemahan
            dari  kata  ‘dhyana,’  yakni  ‘meditasi.’  Terdapat  banyak  sekali  kata-kata
            demikian, yang merupakan kelompok kata Buddhis Sinico-Sanskerta [梵 漢
            並  存 (fan han bing cun); yakni istilah Tionghoa yang banyak dipengaruhi
            oleh bahasa Sanskerta].

            Karmadana  adalah  biksu  yang  bertugas  mengumumkan  suatu  acara  atau
            upacara dengan membunyikan genta, dan mengawasi persiapan makanan.
            Dalam bukunya, Memoirs of Chinese Travellers in India (Katalog Nanjio No. 1491,
            Jilid I), Yi Jing mengatakan: ‘Orang yang membangun wihara disebut “pemilik
            wihara atau Viharasvamin.” Penjaga gerbang dan orang yang mengumumkan
            urusan Sangha disebut Viharapala, dalam bahasa Tionghoa adalah “penjaga
            rumah.” Sedangkan orang yang membunyikan genta (gong) dan mengawasi
            persiapan makanan disebut Karmadana, yang dalam bahasa Tionghoa adalah
            “pemberi komando.” Kata “Weina” tidak cukup mewakili makna Karmadana
            (lihat Memoirs of Yi Jing oleh Chavannes).’ Dalam teks Xuan Zang, istilah Weina
            disebut sekali (Histoire de la Vie de Hiouen Thsang, Jilid I, oleh Julien; Life of Xuan
            Zang, Buku III, oleh Beal), di mana Weina membunyikan gong ketika Xuan


                                            293
   302   303   304   305   306   307   308   309   310   311   312