Page 309 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 309

Bab XXXI — Aturan Dalam Membersihkan Objek-Objek Suci


                 Di  kamar-kamar  pribadi  di  wihara,  para  biksu  memandikan
            patung  setiap  hari  dengan  hati-hati  sehingga  tidak  ada  upacara
            yang luput. Sehubungan dengan bunga, apa pun jenisnya baik dari
            pepohonan maupun dari tanaman, bisa dipakai sebagai persembahan.
            Bunga-bunga  harum  bermekaran  terus-menerus  di  semua  musim,
            dan banyak orang yang menjualnya di jalan. Di Tiongkok, misalnya,
            sepanjang musim panas dan musim gugur, bunga anyelir dan bunga
            teratai  tumbuh  dengan  subur  di  mana-mana;  sementara  di  musim
            semi, ‘semak berduri keemasan,’ buah persik, dan aprikot tumbuh di
            mana-mana. Althea, delima, ceri merah, dan plum (dari genus Prunus)
            berbunga satu demi satu pada musimnya.

                 Alcea  rosea  (awei),  rumput-rumput  wangi  dari  hutan,
            dan  sebagainya  harus  dipetik,  dibawa,  dan  ditata  rapi  untuk
            dipersembahkan.  Jangan  dibiarkan  di  kebun  saja  untuk  dipandang
            dari  jauh.  Di  musim  dingin,  kadang-kadang  tidak  ada  bunga  sama
            sekali;  dengan  demikian,  kita  bisa  membuat  bunga  tiruan  dari
            potongan kain sutra dan mengurapinya dengan wewangian, kemudian
            mempersembahkannya di hadapan patung Buddha. Ini adalah cara
            yang sangat baik.


                 Patung-patung yang terbuat dari tembaga, baik besar maupun
            kecil harus dibuat mengkilap dengan cara menggosoknya dengan abu
            halus atau bubuk batu bata, kemudian dibilas dengan air bersih, hingga
            patung menjadi bersih sempurna dan indah bagaikan cermin. Patung
            yang besar harus dibersihkan pada pertengahan dan akhir bulan oleh
            seluruh biksu Sangha, sedangkan patung yang kecil bisa dibersihkan
            setiap  hari  oleh  masing-masing  biksu  bila  memungkinkan.  Dengan
            demikian,  seseorang  menumbuhkembangkan  potensi  positif  yang
            banyak melalui tindakan yang sederhana.


                 Bila seseorang mengambil air dengan dua jari – air yang telah
            digunakan  untuk  membilas  patung  –  dan  meneteskannya  di  atas
            kepala  dengan  tekad  menumbuhkembangkan  potensi  positif,  itu
            disebut  ‘air  keberuntungan.’  Seseorang  seharusnya  tidak  mencium



                                            295
   304   305   306   307   308   309   310   311   312   313   314