Page 314 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 314
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
Biksu Asvaghosha. Bagian pertama berisi 10 sloka yang berisi pujian
kepada ‘Tiga yang Dihormati’ (yakni: Triratna). Bagian kedua berisi
240
beberapa sutra yang berisi kata-kata Buddha. Setelah melafalkan
kidung dan membacakan kata-kata Buddha, ada kidung tambahan
lainnya yang merupakan bagian ketiga, berisi 10 sloka lebih, berupa
doa agar potensi-potensi positif seseorang berbuah.
Tiga bagian ini dilakukan berturut-turut, di mana dari sinilah
istilah ‘Doa Tiga Bagian’ – bersumber. Ketika pelafalan berakhir,
biksu-biksu yang berkumpul mengucapkan ‘subhashita!’ yang artinya
‘diungkapkan dengan baik,’ berasal dari kata ‘su’ yang artinya baik,
dan ‘bhasita’ yang artinya ‘diungkapkan’ atau ‘diucapkan.’ Melalui
kata-kata tersebut, kitab-kitab ajaran dipuji ‘sangat baik.’ Kadang-
kadang mereka mengucapkan ‘sadhu!’ yang artinya ‘telah dilakukan
241
dengan baik!’ menggantikan kata ‘subhashita.’
Setelah pemimpin doa turun dari singgasana, kepala wihara
memberi hormat pada singgasana. Dengan itu, beliau memberi
240 Yang dimaksud ‘Tiga yang Dihormati’ bukanlah Amitabha,
Avalokitesvara, dan Mahasthama, sebagaimana anggapan M. Fujishima
(Journal Asiatique, November-Desember 1888). Lihat Bab XXXII halaman
308-309, catatan kaki 258.
241 Dalam The New Japanese Edition of the Chinese Buddhist Books in the Bodleian
Library, Japanese 65, tertera ‘sadhu.’ Edisi-edisi lainnya menyebut ‘podu,’ yang
mana istilah aslinya mungkin ‘badu’ atau ‘bade’ sebagaimana terjemahan
Fujishima. Tetapi saya tidak mengerti bagaimana ‘bade’ bisa diartikan sebagai
‘bien.’ Ada beberapa poin yang mendukung jika diterjemahkan sebagai
‘sadhu’: (1) Sadhu artinya ‘bagus!’ atau ‘telah dilakukan dengan baik!’ – suatu
sambutan yang umum di India; (2) Yi Jing berulang-ulang menggunakan
huruf Tionghoa dan interpretasi yang sama dalam terjemahan-terjemahan
beliau lainnya, sebagai contoh lihat terjemahan Mulasarvativadaikasatakarman
(Katalog Nanjio No. 1131); (3) Kata 婆 (‘ba’ atau ‘po’) yang dianggap 裟 (‘sa’
atau ‘sha’), atau sebaliknya, adalah salah satu kesalahan cetak yang paling
sering terjadi dalam teks-teks Buddhis Tionghoa, misalnya Boluoduluo
digunakan untuk kata Salatura (Skt.), tempat asal Panini di mana kata ‘Po’
jelas adalah kesalahan cetak dari ‘Sa.’ Lihat Memoires of Xuan Zang oleh Julien.
Dikutip oleh Weber dalam History of Sanskrit Literature.
300