Page 318 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 318

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


                 Benar  adanya  bahwa  ketika  nadanya  panjang,  sulit  untuk
            mengerti  arti  dari  kidung  yang  dilantunkan.  Namun  sangat  indah
            jika  kita  dapat  mendengar  seseorang  yang  terampil  melantunkan
            Kidung  Seratus  Lima  Puluh  Gatha,   Kidung  Empat  Ratus  Gatha,  atau
                                            249
            pujian  lainnya  di  malam  hari  ketika  para  biksu  berkumpul  dalam
            keadaan sangat hening (tidak berbicara) di malam Uposatha. Di India
            banyak  kidung  pujian  (yang  dilantunkan  saat  puja)  telah  diturun-
            temurunkan  secara  seksama  karena  setiap  orang  yang  berbakat
            dalam  menulis,  selalu  memuji  mereka  yang  layak  dipuja  dalam
            gatha-gatha. Salah satu orang yang berbakat adalah Biksu Matriceta,
            di  mana  karena  bakatnya  dalam  literatur  dan  kebajikannya  yang
            luar  biasa,  melampaui  para  terpelajar  di  masanya.  Berikut  adalah
            cerita mengenai beliau. Sewaktu Buddha masih hidup, ketika beliau
            sedang  memberi  petunjuk  kepada  para  pengikutnya,  berjalan  di
            hutan bersama orang-orang; seekor burung bulbul di hutan, begitu
            melihat  Buddha  yang  agung  bagaikan  gunung  emas,  yang  dihiasi
            dengan tanda-tanda kesempurnaan – mulai melantunkan nada-nada
            merdu  seolah-olah  memuji  Buddha.  Buddha  menoleh  ke  belakang
            dan berkata pada murid-muridnya: ‘Burung ini, bersukacita melihat
            saya,  secara  tak  sadar  melantunkan  suara  merdu.  Karena  tindakan
            bajik ini, setelah saya wafat, burung ini akan terlahir sebagai manusia
            dan  diberi  nama  Matriceta,   dan  dia  akan  memuji  kebajikan  saya
                                       250
            dengan  penghargaan  sejati.’  Sebelumnya,  ketika  terlahir  sebagai
            manusia,  sebagai  pengikut  ajaran  lain,  Matriceta  adalah  seorang
            pertapa  dan  memuja  Mahesvaradeva.  Beliau  membuat  kidung
            pujian untuk Mahesvaradeva. Namun mengetahui kenyataan bahwa



            249  Kidung  Seratus  Lima  Puluh  Gatha  dan  Kidung  Empat  Ratus  Gatha  adalah
            karya Matriceta. Kidung Seratus Lima Puluh Gatha diterjemahkan ke bahasa
            Tionghoa  oleh  Yi  Jing  ketika  beliau  tinggal  di  Wihara  Nalanda  (675-685
            Masehi), dan kemudian direvisi oleh beliau (708 Masehi). Kidung itu disebut
            Sardhasataka-Buddhaprasamsagatha. Mengenai terjemahannya, lihat Katalog
            Nanjio No. 1456. Sedangkan Kidung Empat Ratus Gatha belum diterjemahkan
            ke bahasa Tionghoa.
            250  Dicatat oleh Yi Jing: ‘matri’ = ibu; ‘ceta’ = putra atau anak.


                                            304
   313   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323