Page 322 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 322

Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan


            Selatan, yang dikenal Shaduobuohanna (Sadvahana atau Satavahana).
            Keindahan tulisannya sangat memukau dan nasihat beliau mengenai
            jalan yang tepat adalah sungguh-sungguh. Kebaikan beliau melampaui
            hubungan  kekeluargaan  dan  makna  surat  beliau  sangat  luar  biasa.
            Menurut  beliau,  kita  harus  menghormati  dan  meyakini  ‘Tiga  yang
            Dihormati’   (yakni  Triratna,  gatha  4),  serta  menyokong  ayah  dan
                       258
               ragu mengidentifikasinya dengan nama Yunani, Antiochos, namun ada
               satu  istilah  lagi  yaitu  Santivahana.  Lebih  lanjut,  ketika  bertemu  Arya
               Nagarjuna sewaktu masih kanak-kanak nama asli Udayana adalah Jetaka.
               Lihat surat Prof. Max Müller, Journal of Pali Text Society (1883).

            Dengan  adanya  informasi  di  atas,  kita  dapat  merekonstruksi  kata
            Shaduobuohanna  menjadi  Sadvahana  dan  Shiyin  Dejia  menjadi  Jetaka.
            Mengenai pembahasan lebih lanjut, lihat surat Prof. Max Müller di atas, lihat
            Suhrillekha oleh Dr. Wenzel (Journal of Pali Text Society, 1886), Katalog Nanjio
            No. 1464, dan Suhrillekha oleh Beal (1892, Luzac & Co.). Perlu saya tambahkan
            di sini bahwa Beal mencoba merekonstruksi Shiyin Dejia menjadi Sindhuka,
            menganggap  Sindhuka  adalah  seorang  raja  Pahlava,  tetapi  sekali  lagi,  Yi
            Jing  menggunakan  transliterasi  yang  berbeda  untuk  kata  Sindhuka  (lihat
            Ekasatakarman oleh Yi Jing, Katalog Nanjio No. 1131; The New Japanese Edition
            of the Chinese Buddhist Books in the Bodleian Library, Japanese 65, Buku VII).
            Shaduobuohanna  (bahasa  Jepang:  Sha-ta-ba-kan-na)  lebih  dekat  dengan
            Satavahana  ketimbang  Sadvahana.  Lebih  lanjut,  ada  dugaan  bahwa  kata
            asalnya  adalah  Satavahana  lalu  diterjemahkan  secara  keliru  menjadi
            Sadavahana  atau  Sadvahana,  seperti  halnya  Satakarni  bahasa  Palinya
            adalah  Sadakani,  lalu  orang-orang  Tionghoa,  tanpa  mengetahui  kata
            asalnya,  menerapkan  etimologi  yang  imaginatif  atas  istilah  tersebut  dan
            menginterpretasikannya  sebagai  ‘pemimpin  para  bajik.’  Lalu  bagaimana
            orang Tibet menginterpretasikannya sebagai Santivahana atau Antivahana?
            Sebagaimana  dikutip  oleh  Prof.  Max  Müller,  kita  tahu  bahwa  Satavahana
            adalah  sinonim  dari  Salivahana,  musuh  Vikramaditya.  Era  Saka  yang
            dimulai tahun 78 Masehi juga disebut era Salivahana (lihat ‘India, what can
            it teach us’ oleh Prof. Max Müller, 1883). Salivahana mungkin dibaca sebagai
            Santivahana, di mana ‘huruf l’ diucapkan secara keliru sebagai ‘nt,’ lalu ‘sa’
            diucapkan  secara  keliru  sebagai  ‘a’  sehingga  menjadi  Antivahana.  Cukup
            menggelitik bahwa ada begitu banyak istilah untuk orang yang sama. Perlu
            adanya  kolaborasi  dengan  sumber  berbahasa  India.  Bandingkan  dengan
            Indian Antiquary (1873).
            258  三  尊 (san  zun)  secara  harfiah:  ‘Tiga  yang  Dihormati.’  Yi  Jing


                                            308
   317   318   319   320   321   322   323   324   325   326   327