Page 317 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 317
Bab XXXII — Upacara Pelafalan Doa
tiga atau lima sloka dengan nada tinggi, di mana suaranya terdengar di
sekeliling. Tugas pembaca doa berakhir saat senja. Biasanya pembaca
doa dihadiahkan beberapa persembahan khusus oleh wihara. Lebih
lanjut, ada beberapa biksu yang duduk sendirian, menghadap ke altar
(Gandhakuti), memuja Buddha di hati mereka. Ada juga yang pergi
ke cetiya (dalam rombongan kecil) berlutut berdampingan satu sama
lain dengan tubuh tegak, serta menyentuhkan tangan dan kepala
mereka di lantai – bernamaskara tiga kali. Ini adalah tata cara puja di
India. Biksu yang sudah sepuh dan lemah fisiknya diperkenankan
246
menggunakan alas kecil ketika melakukan puja. Walaupun kidung
pujian terhadap Buddha sudah lama ada (di Tiongkok), namun cara
menggunakannya untuk tujuan praktis agak berbeda dengan di India
(secara harfiah: ‘Brahmarashtra’). Kata-kata yang dimulai dengan
247
‘Pujilah representasi dari Buddha,’ yang digunakan ketika memuja
Buddha (di Tiongkok), harus dilantunkan dalam nada panjang yang
datar di mana aturannya adalah melantunkan dengan cara demikian
sebanyak 10 atau 20 gatha sekaligus. Lebih lanjut, gatha-gatha yang
diawali dengan ‘Oh Tathagata!’ – sesungguhnya adalah kidung pujian
kepada Buddha. 248
246 Kata ‘Barat’ dalam catatan Yi Jing tak pernah berarti India Barat,
tetapi India secara keseluruhan. Menganggap ‘Barat’ sebagai India Barat,
sebagaimana anggapan M. Fujishima, adalah suatu kekeliruan yang tak akan
terjadi jika seseorang dengan hati-hati membandingkan semua istilah India
yang digunakan dalam teks. Dalam hal ini, tidak mungkin berarti India Barat
karena Wihara Nalanda ada di India Tengah, tujuh mil ke utara dari Rajagriha
(Ancient Geography of India oleh Cunningham, Jilid I).
247 Dalam teks Yi Jing tertera ‘Fan’ (Brahmana) yakni ‘Brahmarashtra,’
yang berarti India secara keseluruhan. Dalam Bab XXV halaman 257, Yi
Jing mengatakan bahwa kelima wilayah India disebut ‘kerajaan Brahmana,’
jadi ini bukanlah semata-mata ‘India Tengah’ sebagaimana perkiraan M.
Fujishima.
248 Yang ingin diperjelas Yi Jing adalah: memuja Buddha sudah ada di
Tiongkok maupun India, tetapi di India, pujian dilantunkan dengan nada yang
panjang, sementara di Tiongkok, teks atau gatha dibaca dengan cara yang
biasa. Beliau berharap teks atau gatha hendaknya dilantunkan sebagaimana
di India.
303