Page 336 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 336
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
I. Xitan Zhang (Komposisi Siddha) untuk Pemula
294
Juga disebut Siddhirastu, yang berarti ‘semoga sukses’ (bahasa
295
Tionghoa secara harfiah: ‘semoga sukses sepenuhnya!’) di mana
istilah ini ada di bagian pertama dari buku kecil ini.
294 Para penerjemah Tiongkok terbiasa menerjemahkan ‘Xitan Zhang’ sebagai
‘Siddha-vastu,’ dan saya penasaran apakah saya bisa menemukan alasannya.
Meskipun saya telah meneliti banyak teks Tionghoa mengenai tata bahasa,
namun saya belum pernah menemukan sesuatu yang menunjukkan bahwa
adalah tepat menerjemahkan ‘Xitan Zhang’ sebagai ‘Siddha-vastu.’ Xuan Zang
(dalam Memoires of Xuan Zang oleh Julien) menyebut suatu buku mengenai 12
‘bagian’ sebagai buku pendidikan dasar; sementara Fanyi Mingyi Ji, Buku XIV,
yang dikutip sebagian oleh Julien dalam catatannya, tidak banyak membantu.
Beal menyebut 12 ‘bagian’ Siddha-vastu dalam catatannya, di mana dia secara
keliru berpikir bahwa ‘Xidiluosudu’ (dalam catatan Yi Jing) seharusnya adalah
‘Xidabasudu.’ Di sisi lain, ‘Xidabasudu’ mungkin adalah terjemahan keliru dari
‘Xidiluosudu’ (Siddhir-astu, lihat bagian awal dari Hitopadesa, dan Kasika oleh
Prof. Max Müller). Ada empat istilah sebagai berikut:
a. ‘Xitan Zhang’ (Komposisi Siddha). Fujishima, Beal, dan bahkan Julien
menerjemahkannya sebagai ‘Siddha-vastu.’
b. ‘Dua Belas Zhang’ (menurut Xuan Zang), yang mungkin berarti ‘12
bagian silabel’ atau ‘satu silabel dalam 12 bagian,’ mungkin merujuk
pada sebuah buku tentang aksara.
c. ‘Siddhir-astu.’ Kata ini, yang ada di awal buku, mungkin lalu digunakan
sebagai nama buku.
Di antara ketiganya, poin b mestinya berbeda dengan poin c, karena point c
berisi 18 bagian, sedangkan poin b berisi 12 bagian. Namun keduanya disebut
Xitan Zhang, yang tampaknya merupakan istilah umum untuk buku-buku
pendidikan dasar. Mengenai hal ini, Prof. Kielhorn mengenali suatu bagian
yang disebut Matrika-viveka (Indian Antiquary), dan Prof. Bühler mengenali
suatu bagian yang disebut Daftar Siddha (mengenai abjad Brahmana).
295 Pengulas Kasyapa mungkin dapat membantu kita mengenai buku ini.
Beliau mengatakan: ‘Di Tiongkok, buku ini sudah hilang dan ajarannya
tak lagi ada. Untungnya buku ini masih dipelajari di Jepang, tapi karena
sangat sukar dan mendetail, itu adalah tugas yang sulit.’ Beliau menyebut
Siddhir-astu dalam (aksara) Devanagari, dan menambahkan bahwa kata
‘siddham’ (bentuk maskulin), berarti ‘yang telah menyelesaikan’ dan kata
‘siddhi’ (bentuk feminin), berarti ‘yang telah diselesaikan.’ Jika buku ini
sebelumnya dipelajari di Jepang, mungkin kita masih memiliki bukunya. Ada
322