Page 340 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 340
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
(ekavacana), ganda (dvivacana), dan jamak (bahuvacana), sehingga
setiap kata benda mempunyai 21 bentuk. Misalnya kata ‘orang.’ Jika
yang dimaksud satu orang, itu disebut ‘purushah,’ dua orang disebut
‘purushau,’ dan tiga (atau lebih) disebut ‘purushah.’ Bentuk-bentuk
kata benda ini juga dibedakan apakah dibaca dengan suara berat
dan ringan (mungkin yang dimaksud adalah tekanan bunyi pada
kata atau suku kata tertentu atau tidak), atau diucapkan dengan
suara dari tenggorokan atau tidak (yang dimaksud mungkin ‘kata
305
benda dengan vokal terbuka atau vokal tertutup’). Selain tujuh ‘sup’
tersebut, ada yang kedelapan, yakni vocative case (amantrita). Karena
bentuk yang pertama mempunyai tiga kata bilangan, begitu juga
yang lainnya, sehingga menjadi begitu banyak dan tak dapat disebut
di sini. Kata benda disebut subanta dan mempunyai (3x8) yakni 24
306
bentuk (gubahan).
Sepuluh la. Ada sepuluh tanda dengan ‘L’ dalam mengonjugasi
307
(secara harfiah: mengekspresikan) suatu kata kerja, untuk
membedakan tiga waktu: yang sudah berlalu, saat ini dan yang akan
datang.
Delapan belas tinanta. Yakni bentuk orang pertama, kedua dan
ketiga, yang menunjukkan perbedaan antara Atmanepada dan
308
g. Samnidhanadi (?)
h. Amantrana
Bandingkan dengan halaman 318, catatan kaki 281 dan lihat Lampiran
Catatan Tambahan halaman 398-399.
305 Kalimat-kalimat ini diterjemahkan secara harfiah, tapi tidak begitu jelas
kata benda apa yang Yi Jing maksud. Kalimat-kalimat ini mestinya merujuk
pada kata benda, karena kata-kata ini ditulis Yi Jing di bawah judul ‘tujuh
sup.’ Terjemahan M. Fujishima, ‘Dans la conjugation, il y a une double voix
(Atmanepada et Parasmaipada),’ tak dapat diterima.
306 Subanta yakni ‘yang mempunyai ‘sup’ di akhir.
307 Lihat halaman 325, catatan kaki 303.
308 Secara harfiah: Uttama, Madhyama, dan Prathama.
326