Page 365 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 365

Bab XXXVI — Mengatur Perihal Pascakematian


            biru, hijau, diberikan ke wihara untuk mewarnai patung dan hiasan
            di sekelilingnya.

                 Tanah  liat  berwarna  putih  dan  merah  serta  bahan-bahan
            berwarna biru muda dibagikan kepada para biksu yang berkumpul.
            Anggur  yang  hampir  berasa  asam  ditimbun  di  dalam  tanah,  dan
            setelah  menjadi  cuka  para  biksu  dapat  menggunakannya.  Tetapi
            jika rasanya masih manis, itu harus dibuang dan tidak boleh dijual.
            Buddha mengatakan: ‘Para biksu, kalian yang telah saya tahbiskan,
            janganlah memberikan minuman keras kepada orang lain, maupun
            mengonsumsinya  sendiri.  Janganlah  meminum  minuman  keras
            bahkan sebanyak satu tetes yang jatuh dari ujung alang-alang.’ Jika
            seseorang menyantap bubuk jagung yang dicampur dengan anggur,
            atau sup yang dibuat dari ampas anggur, dia melakukan pelanggaran.
            Seharusnya kita tidak ragu-ragu karena ada larangan mengenai hal ini
            dalam Vinaya. Saya tahu bahwa di Wihara Batu Suci  (di Tiongkok),
                                                              360
            air digunakan untuk mengaduk tepung jagung. Penghuni sebelumnya
            di  wihara  ini  cukup  bijak  untuk  menghindari  penggunaan  anggur
            sehingga tidak ada pelanggaran.


                 Bahan-bahan obat hendaknya disimpan di tempat yang ‘murni,’
            untuk  diberikan  kepada  orang  sakit  saat  dibutuhkan.  Batu-batu
            berharga, permata, dan sebagainya dibagi menjadi dua bagian: satu
            bagian  untuk  objek-objek  suci  (Dhammika),  bagian  lainnya  untuk
            digunakan  oleh  para  biksu  (Shangika).  Bagian  pertama  digunakan
            untuk mencetak kitab-kitab ajaran dan membangun atau mendekorasi
            ‘singgasana.’ Bagian lainnya dibagikan kepada para biksu yang hadir.
            Barang-barang seperti kursi yang dihiasi permata hendaknya dijual
            dan (uangnya) dibagikan kepada yang hadir.


                 Kursi  kayu  dianggap  kepemilikan  bersama.  Tetapi  kitab-kitab
            ajaran  dan  ulasannya  jangan  dipisah-pisah  dan  harus  disimpan
            di  perpustakaan  untuk  dibaca  oleh  Sangha  dari  keempat  penjuru
            (Catuddisasangha).  Buku-buku  non-Buddhis  hendaknya  dijual  dan

            360   靈 嚴 = Lingyan. Lihat Bab III halaman 123, catatan kaki 6.


                                            351
   360   361   362   363   364   365   366   367   368   369   370