Page 368 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 368
Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Lautan Selatan
berdana, maka manfaat pemberian adalah untuk semua, meskipun
diberikan kepada wihara.
Dengan demikian, wihara dapat memanfaatkan sumbangan
sesuai keperluan, tanpa pelanggaran selama itu adalah maksud
donatur.
Di Tiongkok, umumnya seorang biksu tak bisa mendapatkan
pakaian dari wihara, tetapi dia sendiri yang harus bertanggung jawab
untuk itu sehingga kehidupannya sebagai seorang biksu kadang
terbengkalai. Ini tidak berarti bahwa orang yang mendapat makanan
dan pakaian, tidak perlu bekerja secara fisik maupun mental, tetapi
dia seharusnya dapat hidup lebih bebas – jika dia tinggal di wihara,
memfokuskan diri bermeditasi dan melakukan puja, dia tak perlu
khawatir bagaimana mendapatkan pakaian dan makanan.
Hanya memiliki tiga jubah (dari kain rombengan) yang didapat
dari tumpukan abu (pamsu), meminta makanan dari rumah ke rumah,
tinggal di bawah pohon di aranya (hutan), dia dapat menjalani
kehidupan suci seorang pertapa. Meditasi dan pengetahuan
362
berkembang seiring dengan kebulatan tekad untuk merealisasi
Nirvana. Dengan cinta kasih dan welas asih yang ditujukan ke luar,
citta-nya tertuju pada pembebasan (moksha). Kehidupan yang dijalani
dengan cara demikian adalah yang tertinggi. Pakaian biksu harus
dipasok dari kepemilikan bersama para biksu yang tinggal di sana,
dan barang-barang seperti pakaian tidur dan sebagainya, harus
dibagikan secara adil, tidak diberikan pada satu individu tertentu.
Dengan demikian, kepemilikan wihara harus dijaga dengan hati-hati
melebihi kepemilikan sendiri. Jika dibagi menjadi beberapa bagian,
wihara harus memberikan bagian yang lebih besar dan menyimpan
bagian yang lebih kecil. Ini sesuai dengan ajaran agung Buddha, di
mana beliau secara jelas mengatakan: ‘Jika kalian menggunakan
barang-barang dengan benar, kalian tidak melakukan pelanggaran.
362 Kehidupan seorang biksu seperti itu masih ada di masa Yi Jing, lihat Bab
IX halaman 160.
354