Page 395 - KIRIMAN CATATAN PRAKTIK BUDDHADHARMA DARI LAUTAN SELATAN
P. 395
Bab XL — Tindakan yang Tidak Dilakukan oleh Sesepuh Bajik
mereka sepakat meminta guru saya, Hui Xi untuk menulisnya. Beliau
menerima tawaran tersebut tanpa ragu-ragu.
Selagi beliau menulis di tembok, itu bagaikan aliran arus yang
menggelorakan gelombang dan memberi bantuan kepada beliau.
Beliau tidak berhenti sejenak pun, tapi terus-menerus menulis dengan
lancar. Beliau menyelesaikan tulisannya tanpa terlambat, tanpa perlu
penambahan maupun perbaikan.
Puisi beliau berbunyi sebagai berikut:
‘Dalam kecemerlangan agung, para bijaksana terdahulu
bersinar.
Nasihat beliau yang luar biasa menyebar sejauh dan seluas
samudra.
Lembah sepi adalah tempatnya beristirahat, dan di sini adalah
tempat kediamannya.
Keberuntungan senantiasa menemaninya tanpa daya upaya.
Gunung dan sungai adalah luas dan sunyi sepanjang masa.
Manusia dan generasi (berikutnya) wafat seiring dengan
berlalunya kalpa.
Pengetahuan spiritual semata dapat memahami persoalan
shunyata.
Apalagi yang kita lihat selain gambaran Sang Bijaksana sepuh
yang ditinggal?’
Setelah melihat puisi guru saya, seluruh cendekiawan yang
berkumpul begitu mengaguminya. Beberapa di antara mereka
meletakkan pena mereka pada cabang pohon pinus, sementara yang
lainnya melempar tempat tinta mereka ke sisi batu. Mereka berkata:
‘Xishi 417 (nama seorang wanita yang kecantikannya dianggap
ideal) telah menunjukkan wajahnya; bagaimana mungkin Momu
418
(nama seorang wanita buruk rupa yang melayani Kaisar Kuning)
417 西 施 (Xishi).
418 嫫 母 (Momu).
381