Page 9 - E-MODUL_PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH
P. 9
melakukan pengucapan: f, diucapkan (p), sy diucapkan (s), dan
diucapkan ($) (Zuchdi, 1996/1997:18).
Implikasi pembelajaran bahasa terhadap perkembangan
fonologi.
Lafal bunyi bahasa yang diajarkan di kelas rendah adalah
pelafalan fonem yang telah dikenal oleh anak dalam bahasa
ibunya. Setelah anak itu lancar melafalkan bunti-bunyi yang ada
dalam bahasa ibunya, barulah diperkenalkan bunyi-bunyi lain selain
bunyi yang ada dalam bahasa ibunya. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengulang-ulang pemunculan bunyi tersebut dalam bentuk
kalimat sederhana secara kontekstual dan fungsional.
2) Perkembangan Morfologi
Bahasa Indonesia memiliki sejumlah morfem, baik morfem
terikat maupun morfem bebas. Bentuk-bentuk morfem ini mula-
mula dipelajari oleh anak dengan menghafal. Selanjutnya, mereka
mampu menggunakannya dalam konteks tertentu. Mereka
mengenal morfem terikat: me-, di-, -kan, -an, ber--, serta morfem
bebas: makan, mandi, satu, jauh, dsb. Melalui komunikasi lisan
sehari-hari, mereka menggunakan sejumlah morfem, misalnya:
makanan, persatuan, dimandikan, melempari, dsb, dalam konteks
tertentu.
Implikasi pembelajaran bahasa terhadap perkembangan
mortfologi.
Pembelajaran morfologi di kelas rendah hendaknya siswa
diajarkan morfem-morfem yang sederhana yang sudalh dikenal
atau yang ada di lingkungan anak. Pengolahan morfem dilakukan
secara komunikatif, sehingga hal-hal yang bersifat teoretis dapat
dihindari. Maksudnya, pada kesempatan tertentu, anak diajak
berkomunikasi menggunakan bahasa. Anak diberi kesempatan
menggunakan bahasa (morfem) untuk menyampaikan perasaan,
pengalaman, atau keinginannya. Misalnya, guru bertanya, "Dengan
siapa kamu pulang nanti?". Siswa akan menjawab "Saya dijemput
ibu". Secara tidak sadar anak telah menggunakan morfem di dan
jemput pada jawabannya. Penggunaan morfem-morfem akan
berkembang terus bila anak diberi kesempatan menggunakannya.
3) Perkembangan Sintaksis
Pada usia kelas rendah sekolah dasar, siswa cenderung
menggunakan struktur kalimat sederhana. Mereka telah mampu
menggunakan kata penghubung "dan" untuk menggabungkan dua
ide yang sejenis. Misalnya, kalimat "Saya dan kakak pergi ke
pantai" dikemukakannya pada saat guru menanyakan kegiatan
anak-anak pada liburan.
Di samping telah mengenai kata dan, anak-anak juga mengenai
beberapa kata hubung: karena, sebab, jika, supaya. Kata-kata ini
baru dapat digunakan secara tepat ketika mereka berumur 10-11
tahun. Pada saat anak berumur 4 atau 5 tahun, sering kata-kata
tersebut dimanfaatkan secara terbalik. Misalnya, "Saya sakit karena
saya tidak masuk sekolah". Sebenarnya, anak itu bermaksud
4