Page 39 - E-Modul Wawasan Kependidikan
P. 39
Hubungan antara Pancasila dan system pendidikan ditinjau dari filsafat
pendidikan ialah kita dapat menelaah sila-sila yang terdapat dalam Pancasila
dalam dunia pendidikan maupun keseharian karena sila yang terkandung
merupakan pandangan hidup untuk setiap individu yang hidup berbangsa dan
bernegara, dengan menelaah akan memiliki dasar pemikiran yang mendalam.
2. Implementasi Pandangan Filsafat Positivisme, Progresivisme,
Humanistik, dan Pancasila dalam Praktik Pendidikan
Terdapat banyak aliran-aliran filsafat pendidikan yang mewarnai praktek
pelaksanaan pendidikan. Aliran-aliran filsafat tersebut antara lain Filsafat
Positivisme, Progresivisme, Humanistik, dan Pancasila. Adapun beberapa
implementasi (penerapan) pandangan filsafat pendidikan dalam praktik
pendidikan, yaitu sebagai berikut.
a. Implementasi Pandangan Filsafat Positivisme dalam Praktik Pendidikan
Pandangan Filsafat Positivisme apabila dikaitkan dengan pendidikan maka
salah satu yang menjadi tujuan pendidikan bangsa Indonesia yaitu membentuk
manusia seutuhnya, dan yang dimaksud dengan manusia yang utuh adalah
tidak hanya cerdas dari segi kognitif saja melainkan juga cerdas secara emosi
dan cerdas spiritual. Manusia yang diharapkan dalam sistem pendidikan
Indonesia ialah yang mampu berolah pikir, berolah raga, dan berolah rasa.
Filsafat Positivisme mengarahkan agar pendidikan ini mengarah kepada hal
yang baik, baik dari segi intlektual dan memiliki daya analisis dari sesuatu.
Melalui filsafat positivisme, pendidikan diarahkan kepada hal baik dalam segi
intelektual dan berbagai bidang kehidupan untuk menciptakan anak didik yang
sempurna baik lahir maupun batinnya. Peserta didik diasah dalam
kemampuannya melihat, menemukan fakta-fakta, menganalisis sesuatu, serta
mentransfer ilmu kepada lingkungannya. sehingga diharapkan dapat
terbentuknya anak bangsa yang kreatif, berkarakter, serta mampu berkontribusi
dalam pembangunan bangsa agar lebih baik dan mampu bersaing dengan
negara asing.
Filsafat positivisme dapat dikatakan sebagai filsafat yang terbuka dalam
pendidikan terutama untuk penelitian pendidikan. Ada 3 hal yang menjadi dasar
sehingga pendekatan falsafah positivisme terbuka untuk penelitian pendidikan,
yaitu:
1) Filsafat positivisme mengansumsikan bahwa fenomena pendidikan seperti
hubungan guru dan murid, bisa dipahami oleh setiap orang. Mereka tidak
hanya melihat fakta bahwa masing-masing kelas siswa melihat hubungan ini
berbeda, dan masing-masing siswa di kelas memberikan interprestasi
dengan caranya sendiri atas hubungan itu.
2) Beberapa penganut filsafat positivisme lain, seperti behavioristik cenderung
untuk mengabaikan kehidupan yang lebih dalam (inner life). Sebagian di
antara mereka mengakui ekstensi inner life tersebut, tetapi hanya dipandang
sebagain sebuah sistem variabel. Misalnya, ingatan, motivasi, dan
kesadaran yang berhubungan bukan hanya satu sama lain dari ketiganya,
akan tetapi juga variabel independen lain dari masing-masing individu yang
dapat memberikan akibat langsung atas masing-masing siswa. Filsafat
positivisme memandang individu, seperti siswa dan guru sebagai objek tidak
33