Page 187 - Tere Liye - Bumi
P. 187

TereLiye “Bumi”   184




                         Aku mengangguk.


                         ”Oh, kamu mengenakan pakaian itu.” Ibu si kecil menatap Ali,
                  tersenyum lebar. ”Cocok sekali. Kamu terlihat tampan.”


                         ”Dia bilang apa, Ra?” Ali bertanya.

                         ”Dia bilang kamu harus hati­hati memakainya, jangan sampai robek
                  atau rusak. Itu baju mahal,” aku menjawab asal.


                         ”Kamu tidak menipuku kan, Ra?” Ali tidak percaya.

                         Aku nyengir lebar.


                         ”Aku sedang menyiapkan sarapan di dapur. Setengah jam lagi
                  matang. Kalau kalian sudah siap, jangan sungkan, ayo bergabung. Si kecil
                  pasti senang meja makan ramai setelah hampir setahun kakaknya tidak
                  ada di rumah.” Ibu si kecil tersenyum hangat.

                         Aku mengangguk, bilang akan segera menyusul.


                         ”Ruangannya ada di ujung lorong ini,  belok kanan hingga kalian
                  me­nemukan pintu berikutnya. Jangan lama­lama, nanti sarapannya
                  dingin.” Wanita itu tersenyum sekali lagi sebelum melangkah ke pintu
                  bundar, kembali ke dapur.

                         ”Apa yang akan kita lakukan, Ra?” Seli bertanya setelah kami
                  tinggal bertiga.


                         ”Kita mandi pagi,  Sel,” aku menjawab pelan. Ali memang yang
                  paling logis di antara kami bertiga. Kami diundang sarapan, maka akan
                  lebih baik jika kami datang dengan wajah segar.


                         ”Mandi?” Seli menatapku.

                         Aku menoleh ke pintu kecil bulat di kamar.


                         Ali mengangguk, asyik menyisir rambutnya dengan jemari. ”Tenang
                  saja,  kamar mandinya tidak sekecil pintunya. Dan kali­an tidak perlu
                  handuk sama sekali. Masuk saja. Itu kamar mandi yang fantastis. Lebih
                  luas dibanding kamar ini.”






                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192