Page 189 - Tere Liye - Bumi
P. 189
TereLiye “Bumi” 186
keluar dari pintu bulat kecil dengan wajah lebih segar lima belas menit
kemudian. Dia mengenakan baju lengan pendek, celana panjang gelap
yang seperti menyatu dengan sepatunya, dilapis rok hingga lutut. Seli
terlihat modis—seperti biasanya, di sekolah dia selalu terlihat paling rapi
berpakaian.
Kami sudah siap, tidak berbeda dengan tampilan orangorang di
dunia ini.
Saatnya sarapan.
***
”Wow, kalian terlihat berbeda sekali dengan pakaianpakaian itu,”
Ilo menyapa kami, tertawa lebar.
”Itu sebenarnya bukan pujian buat kalian.” Ibu si kecil ikut tertawa.
Dia sedang meletakkan makanan di atas meja.
Aku menatap wanita itu, tidak mengerti.
”Pekerjaan suamiku adalah desainer pakaian. Semua pakaian yang
kalian kenakan, juga pakaian yang kami kenakan adalah desainnya. Jadi
dia sedang memuji diri sendiri.” Ibu si kecil sambil tertawa menjelaskan.
”Desainer pakaian?” aku bergumam. Si kecil melambaikan tangan
kepada kami. Wajahnya yang kemerahmerahan terlihat lucu
menggemaskan.
”Iya, desainer pakaian.” Ibu si kecil mengangguk. ”Ayo, semua
duduk, masakan sudah siap.”
Tiga kursi bergerak keluar dari meja makan.
Seli memeriksa selintas, melirikku, mengirangira apakah kursi ini
akan berputar saat diduduki. Ali sudah duduk nyaman. Itu hanya kursi
kayu seperti umumnya, meskipun bentuknya lebih mirip tunggul kayu.
Kursi ini menempel di lantai, jadi tidak akan melayang. Aku dan Seli
duduk.
http://pustaka-indo.blogspot.com