Page 238 - Tere Liye - Bumi
P. 238

TereLiye “Bumi”   235




                         ”Lantas apa?” aku bertanya santai.


                         ”Ada banyak sekali yang menarik di dunia ini, Ra. Kita  harus
                  memikirkannya dengan cepat, agar  mengerti, bisa memberikan jalan
                  keluar. Kamu lihat, sarung tangan Seli, misalnya.”


                         Aku tertawa. ”Katanya kamu tidak memikirkan sarung ta­ngan?”

                         ”Bukan soal itunya. Tidakkah kamu berpikir, jika sarung tangan
                  Seli mengeluarkan cahaya di tempat gelap, apakah sarung tanganmu juga
                  bisa melakukannya?”


                         Aku menatap Ali lamat­lamat. Benar juga, tidak terpikirkan olehku.
                  Baiklah, aku mengangkat tanganku, berkonsentrasi, me­nyuruh sarung
                  tanganku bercahaya. Satu detik, dua detik, tidak terjadi apa­apa. Hanya
                  tanganku yang terangkat karena sarung­nya menyatu dengan warna kulit,
                  tidak terlihat.

                         Ali menggeleng. ”Berarti sarung tanganmu ini memiliki kekuat­an
                  lain.”


                         ”Kekuatan apa?” aku bertanya penasaran.


                         ”Mana aku tahu. Itu kan sarung tanganmu,  bukan milikku.
                  Mung­kin kekuatan untuk memegang  panci panas, supaya tetap di­ngin
                  saat dipegang,” Ali menjawab ketus, membalas kalimat­ku.

                         Aku tertawa kecil—juga Seli.

                         Ilo masih menatap mulut lorong, menunggu kapsul kereta. Dia tidak

                  mau duduk.

                         ”Ra, apa yang sebenarnya dikatakan orang berbaju abu­abu itu tadi
                  hingga kamu lemas, terduduk di ruangan pengap tadi?” Seli yang duduk
                  di sebelah bertanya, memotong tawa kami.


                         Aku terdiam, jadi teringat lagi percakapan tadi. Tapi kali ini tidak
                  terlalu  kupikirkan—entah apa yang dilakukan Av, saat dia menyentuh
                  lenganku, dia membuat perasaanku jauh lebih tenang hingga sekarang.









                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   233   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243