Page 233 - Tere Liye - Bumi
P. 233

TereLiye “Bumi”   230




                  berkembang maksimal, bahkan mereka terus mengalami evolusi, tidak

                  terhenti karena intervensi besar­besaran dari manusia. Itulah kenapa di
                  dunia ini kucing liar bisa sebesar serigala. Kucing itu tidak mengalami
                  domes­tikasi atau dipelihara.”

                         Lantas bagaimana  Ali akan menjelaskan rombongan kupu­kupu
                  yang baru saja melintas di kepala kami? Yang satu ini ukur­an­nya sama
                  persis dengan kupu­kupu yang kukenal. Beda­nya, jumlah mereka
                  ribuan, terbang berkelompok. Saat hinggap, rombongan kupu­kupu itu
                  mengubah warna sebatang pohon menjadi warna­warni pelangi, seluruh
                  dedaunan tertutupi.


                         Kami berhenti sejenak. Ilo kembali memeriksa arah stasiun darurat.
                  Aku dan Seli menatap terpesona. Pemandangan di de­pan kami sungguh
                  menakjubkan. Kami kira tadi itu pohon yang berbeda warnanya, ternyata
                  dihinggapi kupu­kupu. Seekor bu­rung besar ikut hinggap, menggebah
                  kupu­kupu terbang. Kupu­kupu itu  pindah serentak ke pohon lain,
                  terlihat me­nawan.


                         Ali menggeleng, seolah tidak percaya dengan apa yang dilihat­nya,
                  lebih tepatnya mencari penjelasan baru. ”Entahlah, mungkin kupu­kupu
                  ini meng­alami pengecualian. Ukuran mereka tetap kecil.”

                         ”Kamu pastilah murid paling  pintar di sekolah,” Ilo tetap  me­muji
                  Ali. ”Semua guru pasti bangga memiliki murid sepertimu.”


                         Aku yang sejak tadi berbaik hati membantu menerjemahkan
                  kalimat Ali kepada Ilo, dan sebaliknya, menahan tawa. Sejak kapan Ali
                  membuat guru bangga? Yang ada si biang kerok ini selalu membuat repot
                  guru, kecuali Miss Keriting.

                         Kami terus mendaki lereng bukit. Stasiun kereta darurat masih
                  separuh perjalanan. Sejauh ini tidak ada binatang buas yang
                  menghambat laju kami, kecuali lereng terjal berbatu, me­maksa kami
                  berjalan lebih hati­hati. Dari lereng ini, kami bisa  melihat ribuan
                  bangunan berbentuk balon di lembah hutan, jauh, puluhan kilometer di
                  bawah sana.


                         ”Lantas bagaimana kamu akan menjelaskan kenapa orang­orang
                  tertentu memiliki kekuatan? Seperti menghilang atau mengeluarkan petir.





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238