Page 89 - Tere Liye - Bumi
P. 89

TereLiye “Bumi”   86




                  menghilangkannya dalam waktu  dua puluh empat jam ke depan. Aku

                  akan kembali besok malam, memastikan kamu mengerjakan pekerjaan itu
                  dengan sungguh­sungguh.”

                         Sosok di dalam cermin lantas perlahan menyingkap pakaian­nya—
                  ternyata itu tidak menempel ke kulit, pakaian di pinggang­nya longgar
                  dan menjuntai. Entah dari mana datangnya, dia mengeluarkan kucing
                  berbulu tebal.


                         Aku hampir berseru tertahan, itu si Hitam!

                         Sosok tinggi kurus itu tersenyum tipis. Jarinya yang panjang
                  mengelus kepala kucingku. ”Sejak usia sembilan tahun kamu telah
                  diawasi, Gadis Kecil. Itu cara terbaik untuk memastikan kamu tidak
                  bersentuhan dengan sisi lain. Tapi  dua hari lalu, keber­adaanmu
                  diketahui, itu memicu semua sinyal di empat klan. Kamu bisa membuat
                  pekerjaan ini menjadi mudah atau sulit, tergantung dirimu sendiri.
                  Camkan baik­baik, kamu tidak pernah dimiliki dunia ini, bahkan sejak
                  lahir. Kamu dimiliki dunia lain. Selalu ingat itu.”


                         Aku tidak mendengarkan kalimat berikutnya dari sosok itu dengan
                  baik, aku sedang berseru tanpa suara. Astaga, aku sungguh tidak percaya
                  apa yang kulihat. Itu kucingku, si Hitam, ber­ada di pangkuan sosok yang
                  berada dalam cermin.

                         ”Nah, saatnya mulai berlatih, Nak.” Sosok tinggi kurus itu menepuk

                  pelan kucing di pangkuannya, lalu berbisik, ”Kamu temani dia.” Dengan
                  suara meong yang amat kukenal, si Hitam lompat dari tangannya,
                  menembus cermin, mendarat di meja be­lajarku. Aku tertegun. Si Hitam
                  sudah meloncat ke lantai, lang­sung me­nuju kakiku,  seperti biasa,
                  hendak antusias me­nyundul­nyundul­kan kepalanya ke betisku.

                         Aku terkesiap.  Entah harus melakukan apa. Kakiku bergetar saat
                  disentuh bulu lembut si Hitam. Apa yang baru saja kulihat? Kucingku
                  menembus cermin? Aku menatap si Hitam yang manja berada di antara
                  kakiku. Jadi, kucingku ini nyata atau bukan? Atau pertanyaannya
                  adalah, ini kucingku atau bukan? Apa yang dikatakan sosok tinggi kurus
                  itu? Aku telah diawasi sejak lama?









                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94