Page 15 - Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 15
2
Pelaksanaan Kebijakan Cultuurstelsel di
Keresidenan Madiun
A. Keadaan setelah Madiun Menjadi Bagian Negara Kolonial
Hindia Belanda
Madiun merupakan wilayah keresidenan yang berbatasan dengan
Rembang di sebelah utara, Kediri di sebelah timur, Pacitan di sebelah
selatan, dan Surakarta di sebelah barat. Secara geografis, Madiun berada di
daerah cekungan gunung yang cenderung subur dan memiliki banyak sumber
mata air yang berasal dari pegunungan pegunungan di sekitar wilayah
Madiun, yaitu Gunung Lawu di sebelah barat, Gunung Wilis di sebelah
selatan, dan Gunung Kendeng di sebelah utara. Secara geologis, Madiun
merupakan daerah dataran rendah yang didominasi oleh tanah alluvial.
Namun, ada juga jenis tanah lain, seperti mediteran, grumusol, litosol dan
latosol. Presentase jenis tanah di wilayah Madiun adalah 36% tanah alluvial,
26% tanah mediteran, 21% tanah grumosol, 13% latosol, dan 4% tanah
litosol. Banyaknya kandungan tanah alluvial tersebut, menyebabkan kondisi
tanah di wilayah Madiun menjadi subur. Dimana tanah alluvial sendiri
terbentuk melalui endapan lumpur sungai yang memiliki sifat yang subur
(Wulan, 2020 : 5).
Sebelum menjadi bagian negara kolonial Hindia Belanda, Madiun
merupakan wilayah kesultanan Yogyakarta yang disebut sebagai wilayah
luaran atau mancanegara. Pasca berakhirnya perang Jawa tahun (1825-
1830), Belanda mengambil alih wilayah luaran atau Mancanegara tersebut
termasuk Madiun. Berdasarkan Algemeene Vrslag Madiun tahun 1832
bendel VIII, wilayah Madiun mulai diatur oleh pemerintah Belanda pada
awal tahun 1832. Adapun orang orang Belanda mulai datang dan menetap di
wilayah Madiun pada tahun 1860. Sebagian dari mereka bekerja sebagai
ambtenar karesidenan dan controleur perkebunan rakyat. Pada awal
13 | P a g e