Page 16 - Kebijakan Cultuurstelsel Belanda di Karesidenan Madiun
P. 16

kedatangannya,  orang  orang  Belanda  tersebut  bertempat  tinggal  di  Desa

                     Kartoharjo  bagian  utara  dan  bagian  selatan    (Hadiatmodjo,  1980  :  205).

                     Pada masa pemerintahan Belanda, setiap karesidenan dipimpin oleh residen.
                     Proses pemilihan residen tersebut ditunjuk secara langsung oleh Pemerintah

                     Belanda.  Kedudukan  seorang  residen  lebih  tinggi  dari  asisten  residen  dan

                     bupati. Residen memiliki tugas utama untuk mengkoordinasi dan mengawasi
                     jalannya  pemerintahan  di  setiap  kabupaten.  Adapun  tata  pemerintahan  di

                     Karesidenan  Madiun  yaitu  seorang  residen  berkedudukan  di  Madiun  Kota,
                     asisten  residen  berkedudukan  di  Madiun  Kota.  tiga  orang  asisten  residen

                     berkedudukan di Madiun, Ngawi, dan Ponorogo, sekretaris berkedudukan di
                     kantor karesidenan, dan  bupati berkedudukan di  daerah kabupaten (Wulan,

                     2020 : 7).

                         Adapun untuk memperkuat administrasi Hindia Belanda di Madiun dan
                     mendukung  pelaksanaan  kebijakan  politik  ekonomi  Belanda,  pemerintah

                     Belanda  melakukan  reorganisasi  wilayah  dan  birokrasi  pemerintahan  di
                     wilayah Madiun. Proses awal reorganisasi tersebut dimulai pada tahun 1832,

                     dengan  pengangkatan  L.de  Launy  sebagai  residen  pertama  di  wilayah
                     Madiun, bersama tiga asisten residen dan dua orang kontroleur. Setelah itu,

                     diikuti  reorganisasi  wilayah  sebagai  upaya  menata  kembali  pembagian

                     kawasan  administrasi  di  Madiun.  Pemerintah  Belanda  mengurangi  jumlah
                     kabupaten  melalui  beberapa  resolusi  yang  telah  dikeluarkan.  Resolusi

                     pertama diresmikan pada 31 Agustus 1830 dengan penghapusan 3 kabupaten

                     dari  17  kabupaten.  Resolusi  kedua  pada  6  Juni  1832  No.  1  dengan
                     memisahkan Pacitan dari wilayah keresidenan Madiun. Resolusi ketiga pada

                     22  Maret  1833  No.  1  dengan  menghapus  6  kabupaten.  Selanjutnya  yang
                     terakhir  berupa  resolusi  yang  dikeluarkan  oleh  residen  E.  Francis  pada  7

                     Januari  1839  No.  3  dengan  membagi  keresidenan  Madiun  menjadi  empat
                     Afdeling  yang  berpusat  di  Madiun,  Magetan,  Ngawi,  dan  Ponorogo

                     (Margana, 2017 : 114).

                         Selain  melakukan  reorganisasi  wilayah  administrasi,  pemerintah
                     Belanda juga melakukan reorganisasi birokrasi dan pemerintahan. Pada tahun

                     1830 wilayah Madiun memiliki kurang lebih 20 bupati. kemudian jumlah




                   14 | P a g e
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21